sebuah parit merayap
ke arah danau. Dua ekor tikus mati,
hayut. Sebilah papan pecah mengapung.
Sebatang ranting tua mengapung.
Di permukaan telaga, di utara, dua orang
mengayuh jukung yang tipis dengan dayung yang putus asa.
Ombak seakan-akann mati. Air menahan mereka.
Puisi karya Goenawan Mohamad di atas adalah bagian dari rekaman lima hari sebelum ibu para Kurawa membalut matanya dengan sehelai kain hitam, mendampingi suaminya, raja buta itu, sampai kelak, beberapa detik sebelum ajal.
Pementasan Opera Tari berjudul Gandari yang digelar 12-13 Desember 2014 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, dibuka oleh Landung Simatupang dan Sita Nursanti yag bertindak sebagai narator atau pembawa cerita. Layar terangkat pelan. Panggung masih temaram. Lampu di atas menyala redup. Enam penari berpakaian putih masuk ke panggung dengan latar belakang para muisi.
Para penari itu melakukan gerakan-gerakan atraktif dengan langkah-langkah lebar, kadang melompat kadang bergulung-gulug di latai. Musik mengalun tak kalah ekspresifnya. Bunyi piano yang lincah bertautan dengan gesekan biola dan cello, sementara lamat-lamat bunyi alat tiup mengiris tajam bunyinya. Barisan terompet melengking menjadi penuntun gerak penari, dan memuncak hingga suara gong mengambil kesempatan untuk mencapai puncak, sebelum kemudian musik mengalir lagi dengan dominasi biola dan cello dan marimba.
Begitulah, lakon Gandari mengalir. Kisah yang diangkat dari epos Mahabharata itu memag menceritakan tokoh Gandari sebsagai isteri Destarata, raja buta dari Kuru. Gandari lalu pun menutup matanya, membutakan diri sampai beberapa saat menjelang ajalnya. Gandari juga kita kenal sebagai ibu dari seratus ksatria Kurawa yang kelak pada perang Baratayudha ditunpas oleh keturunnan Pandawa.
Berdasarkan kisah itu, Gandari bisa kita cerna sebagai simbol kesetiaan da pengabdian seorang perempuan. Tetapi Gandari juga bisa dilihat sebagai perempuan yang memiliki sikap. Dengan caranya sendiri, sebagai seorang isteri dan seorang ibu yang kehilangan seratus anaknya, ia melakukan protes pada ketidakadilan yang ia alami.
Opera Tari Gandari ini pun demikian, bermaksud menawarkan iterpretasi yang lain. Pertujukan ini adalah sebuah tafsir untuk memaknai kembali yang klasik dalam wacana kekinian.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan