Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gandari, Lakon Wayang Cita Rasa Eropa

Kompas.com - 11/12/2014, 23:51 WIB
Ia, yang tak igin lagi melihat dunia,
sore itu meengok ke luar jendela
buat terakhir kalinya:

sebuah parit merayap
ke arah danau. Dua ekor tikus mati,
hayut. Sebilah papan pecah mengapung.
Sebatang ranting tua mengapung.

Di permukaan telaga, di utara, dua orang
mengayuh jukung yang tipis dengan dayung yang putus asa.

Ombak seakan-akann mati. Air menahan mereka.

Puisi karya Goenawan Mohamad di atas adalah bagian dari rekaman lima hari sebelum ibu para Kurawa membalut matanya dengan sehelai kain hitam, mendampingi suaminya, raja buta itu, sampai kelak, beberapa detik sebelum ajal.

Pementasan Opera Tari berjudul Gandari yang digelar 12-13 Desember 2014 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, dibuka oleh Landung Simatupang dan Sita Nursanti yag bertindak sebagai narator atau pembawa cerita. Layar terangkat pelan. Panggung masih temaram. Lampu di atas menyala redup. Enam penari berpakaian putih masuk ke panggung dengan latar belakang para muisi.

Para penari itu melakukan gerakan-gerakan atraktif dengan langkah-langkah lebar, kadang melompat kadang bergulung-gulug di latai. Musik mengalun tak kalah ekspresifnya. Bunyi piano yang lincah bertautan dengan gesekan biola dan cello, sementara lamat-lamat bunyi alat tiup mengiris tajam bunyinya.  Barisan terompet melengking menjadi  penuntun  gerak penari,  dan memuncak hingga  suara  gong mengambil kesempatan untuk mencapai puncak,  sebelum kemudian musik mengalir  lagi dengan dominasi biola dan cello dan marimba.

Begitulah, lakon Gandari mengalir. Kisah yang diangkat dari epos Mahabharata itu memag menceritakan tokoh Gandari sebsagai isteri Destarata, raja buta dari Kuru. Gandari lalu pun menutup matanya, membutakan diri sampai beberapa saat menjelang ajalnya. Gandari juga kita kenal sebagai ibu dari seratus ksatria Kurawa yang kelak pada perang Baratayudha ditunpas oleh keturunnan Pandawa.

Berdasarkan kisah itu, Gandari bisa kita cerna sebagai simbol kesetiaan da pengabdian seorang perempuan. Tetapi Gandari juga bisa dilihat sebagai perempuan yang memiliki sikap. Dengan caranya sendiri, sebagai seorang isteri dan seorang ibu yang kehilangan seratus anaknya, ia melakukan protes pada ketidakadilan yang ia alami.

Opera Tari Gandari ini pun demikian, bermaksud menawarkan iterpretasi yang lain. Pertujukan ini adalah sebuah tafsir untuk memaknai kembali yang klasik dalam wacana kekinian.

Kisah Ibu dari Kurawa ini terbagi dalam empat babak dan menampilkan musik baru karya Tony Prabowo, seorang komposer yang telah menghasilkan karya yang dipentaskan secara luas di dalam dan luar negeri. Dan untuk memberikan suatu pementasan baru, unik, dan berbeda dari yang selama ini ada, muncul ide untuk mengkolaborasikan lintas disiplin budaya dan lintas negara dengan mengajak para seniman dari Jepang dan Eropa untuk turut serta.

Menurut Tony Prabowo, ide untuk mengangkat kisah Gandari ini muncul sejak ia membaca puisi Gandari karya Goenawan Mohamad pertama kalinya awal tahun 2013. “Gandari adalah tokoh di Mahabharata yang selama ini tak banyak diangkat dan tak begitu diperhatikan oleh banyak orang, namun Goenawan Mohamad melihatnya dari sisi lain. Ia melihat Gandari sebagai seorang ibu yang setiap hari mendengar anak-anaknya, para Kurawa, kalah dalam peperangan melawan saudara-saudaranya Pandawa, dan kemudian memilih menutup matanya kepada dunia,” ujar Tony Prabowo.

Pada pementasan Opera Tari Gandari ini, Tony Prabowo khusus membuat musik baru, sebuah musik kontemporer awal abad 20 yang merupakan sebuah genre, istilah yang berasal dari musik klasik barat. “Untuk pementasan Opera Tari Gandari ini saya mengkonsep musik yang berangkat dari disiplin musik kontemporer barat yang dikonsep sedemikian rupa dengan unsur kekinian dan tentunya saya memasukkan ciri saya dengan adanya pengaruh dari musik tradisional Indonesia, seperti memasukkan elemen gong di dalam musik. Ini adalah pementasan opera tari pertama yang diiringi orkestra dengan genre 'musik baru',” ujar Tony Prabowo.

Pertunjukan lintas disiplin ini menampilkan tari garapan koreografer terkemuka Jepang, Akiko Kitamura, dengan penari-penari terbaik dari Indonesia dan Jepang. Untuk mewujudkan pementasan ini, Yayasan Taut Seni bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda Jakarta, Erasmus Huis Jakarta, Asia Center Japan Foundation, Shinshu University Japan, Goethe Institut dan didukung penuh oleh Djarum Apresiasi Budaya.

Puisi Gandari dinyanyikan oleh seorang soloist dari Belanda, Katrien Baerts, diiringi oleh paduan suara Batavia Madrigal Singers dari Indonesia. Sementara orkestra yang akan mendukung pentas ini adalah Asko Schönberg - Slagwerk Den Haag dari Belanda, dengan konduktor Bas Wiegers.

Sementara tata panggung didisain oleh seniman rupa Indonesia ternama, Teguh Ostenrik, yang akan bekerja sama dengan seniman video Taba Sanchabakhtiar dan disainer kostum Chitra Subiyakto.

Entah harus disyukuri atau disesali pertunjukan ini. Lataran menggunakan pemahaman musik yang berangkat dari disiplin musik kontemporer barat, dengan koreografer orang Jepang dan diisi oleh seniman-seniman lintas negara, penoton justru tidak menemukan "jejak" Gandari yang selama ini dikenal sebagai bagian dari tradisi berkesenian wayang di Jawa.

Maka tak heran, jika seorang penonton di sebelah saya bilang "pusing" saat menyaksikan pertunjukan ini.  Jejak-jejak  tradisi Jawa (Indonesia) hanya  ada pada nama tokoh Gandari, bahasa yang disampaikan narator, serta instrume musik gong. Selebihnya,  nada-nada yang dibangun, cita rasa dan juga gerakan-gerakan penari yang ditawarkan rasanya memang berasal dari benua yang jauh itu, benua muasal dari ham, wine, dan keju. (Jodhi Yudono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com