Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: APTB Tak Akan Dihentikan, tetapi...

Kompas.com - 12/01/2015, 08:04 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengoreksi pernyataannya beberapa hari lalu terkait rencana menghentikan operasional bus kota terintegrasi bus transjakarta (APTB). Menurut Ahok, APTB tak akan dihentikan operasionalnya, tetapi harus mengubah pola pengelolaan bus dari sistem setoran ke sistem pembayaran per kilometer. Sistem ini sama seperti yang diterapkan dalam pola pengelolaan layanan transjakarta.

Ahok menilai, bus-bus APTB telah diberi keleluasaan melintasi jalur khusus bus transjakarta. Oleh karena itu, kata dia, layanannya juga menggunakan pola yang sama. Dengan demikian, Ahok mengatakan, tak ada lagi bus-bus APTB yang "ngetem" di sembarang tempat.

"APTB bukan dilarang, tapi kami mau maksa mereka. Kami temukan mereka sudah dikasih jalur busway, tapi masih suka naik turunkan penumpang di lampu merah, ngambil penumpang di tengah jalan, terus jalannya pelan-pelan ngabisin waktu biar nyampe halte pas penumpangnya banyak. Itu sebenarnya tidak boleh," kata Ahok, seusai pembukaan kembali Patung Arjuna Wijaya, Minggu (11/1/2015) sore.

Ahok menyebutkan, ada dua pilihan yang ditawarkan kepada operator APTB. Pertama, mengikuti pola yang diterapkan pada bus transjakarta. Kedua, jika APTB menolak untuk mengubah pola pengelolaannya seperti transjakarta, bus APTB tetap diperbolehkan beroperasi, tetapi tidak diperkenankan lagi melewati jalur transjakarta. Rute bus diperpendek hanya sampai di halte ujung koridor transjakarta. Dengan demikian, penumpang bus APTB jurusan Bogor-Blok M hanya akan diantar sampai di Halte UKI, Cawang, Jakarta Timur, untuk kemudian penumpang disarankan pindah ke transjakarta, sementara bus APTB kembali ke Bogor.

"Kami tawari dua pilihan, ikut transjakarta dengan pembayaran per kilometer. Tapi, kalau tidak suka dengan cara itu, demennya masih pakai uang, silakan beroperasi, tapi mutar balik pas mau masuk jalur busway," ujar Ahok.

Layanan bus APTB adalah layanan bus yang beroperasi sejak awal 2012. Tujuannya ialah untuk mengakomodasi penumpang transjakarta yang tinggal di kawasan-kawasan penyangga. Saat ini layanan bus tersebut melayani beberapa rute, di antaranya Tanah Abang-Bekasi, Grogol-Cibinong, Blok M-Cileungsi (Bogor), Pulogadung-Tangerang, dan Kalideres-Cikarang (Bekasi).

Meski melewati jalur transjakarta, terdapat perbedaan cara pembayaran antara bus APTB dengan bus transjakarta. Apabila pembayaran bus transjakarta dilakukan saat penumpang masuk ke halte, pembayaran APTB masih dilakukan di dalam bus, seperti bus-bus kota reguler lainnya. Penumpang yang naik APTB dari halte transjakarta diharuskan melakukan pembayaran dua kali, yaitu Rp 3.500 saat masuk halte dan Rp 6.000 saat telah berada di dalam bus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com