Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Tahun Transjakarta, Standar Minimum Pelayanan Pun Belum....

Kompas.com - 19/01/2015, 14:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Maman (45), buruh bengkel las di Cawang, Jakarta Timur, selalu memilih bus transjakarta untuk mengantarnya ke tempat kerja. Bagi dia, bus ini lebih nyaman dibandingkan metromini, kopaja, atau mikrolet. Namun, dia juga mengaku masih kerap mendapati bus transjakarta rusak sehingga terlambat kerja.

Inilah sepotong cerita tentang pelayanan transjakarta yang tak kunjung sesuai standar meski sudah 11 tahun beroperasi. ”Setiap bulan bisa dua sampai tiga kali saya diturunkan di halte yang bukan tujuan saya karena busnya rusak,” kata Maman, warga yang tinggal di belakang Pasar Rumput, Jakarta Selatan, ini.

Selasa (13/1/2015), misalnya, Maman diturunkan di Halte RS Premier Kampung Melayu. Bus jurusan Pusat Grosir Cililitan-Harmoni yang dia tumpangi terpaksa berhenti karena remnya rusak. Padahal, halte tujuan Maman, yakni Halte Otista Cawang, masih 2 kilometer lagi.

Raka Sandi, kernet bus bernomor lambung JMT 28, hanya memberikan penjelasan singkat ke penumpang, ”Kami mohon maaf perjalanan tak dapat dilanjutkan. Anginnya tekor, bus tidak bisa mengerem.”

Penjelasan itu tak dimengerti Maman, kecuali kata-kata bahwa bus tak bisa ngerem. ”Saya tahu bus tak bisa ngerem itu berbahaya. Tetapi, kan, saya juga tidak boleh terlambat sampai di tempat kerja,” keluhnya.

Lain lagi cerita Silmi (20). Mahasiswa kampus swasta di Jalan Jenderal Sudirman ini juga pelanggan transjakarta. Hampir setiap hari ia menggunakan transjakarta Koridor I menuju kampus.

Saat pulang, dia bisa saja menggunakan bus Koridor XII untuk menuju rumahnya di Pademangan, Jakarta Utara. Namun, waktu tunggu bus yang sangat lama membuatnya memilih naik mikrolet dari Halte Kota menuju ke rumahnya.

”Kalau nunggu (bus) yang Koridor XII bisa 30-60 menit. Terlalu lama. Jadi, saya pilih naik mikrolet saja,” ucapnya.

Lidya (30), karyawati di kawasan Slipi, Jakarta Barat, setiap hari juga menggunakan bus transjakarta dari kawasan tempat tinggalnya. Namun, tak jarang dia lebih memilih bus angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB) karena bus transjakarta tak kunjung datang di Halte UKI-Cawang.

”Sebetulnya rugi menumpang APTB karena di atas bus itu saya harus bayar lagi Rp 5.000. Tetapi, dibandingkan saya terlambat sampai di kantor, lebih baik naik bus APTB,” tuturnya.

Tetap awasi

Maringan Aruan, Direktur Jakarta Mega Trans (JMT)—salah satu operator bus transjakarta—membenarkan adanya bus yang tak layak jalan dan tak diganti. ”Kalau ada bus rusak di tahun kedua kontrak, kami tidak berani mengganti. Kalau diganti bus baru, masa operasinya cuma tiga tahun dan tak ada jaminan kontrak akan diperpanjang,” ujarnya.

JMT merupakan salah satu operator bus transjakarta di Koridor V dan VII. Di Koridor V itu seharusnya ada 30 bus gandeng yang beroperasi setiap hari. Dari jumlah itu, 17 di antaranya dipasok JMT dengan bus Komodo serta bus merek Huanghai buatan Tiongkok.

Namun, dua tahun terakhir bus JMT yang siap operasi di koridor itu tinggal delapan unit.

Direktur Utama PT Transjakarta ANS Kosasih mengatakan, kebutuhan bus tahun ini sedikitnya 741 unit, termasuk untuk mengganti bus tua dan rusak. ”Kami belum tahu kapan datangnya bus-bus baru itu. Biasanya bus datang sekitar September. Kami juga tidak tahu berapa banyak bus yang bisa datang karena tergantung kecepatan produksi,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com