Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Analisis Kecepatan Outlander Baru Akan Diketahui Pekan Depan

Kompas.com - 22/01/2015, 19:13 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian telah menyelesaikan proses olah tempat kejadian perkara (TKP) tabrakan maut di Jalan Arteri Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Kamis (22/1/2015) sore.

Olah TKP dilakukan untuk menghitung kecepatan mobil Mitsubishi Outlander bernomor polisi B 1658 PJE yang dikendarai oleh Christopher Daniel Sjarief (22) saat terjadinya tabrakan maut pada Selasa (20/1/2015) malam.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Wahyu Hadiningrat, mengatakan kemungkinan besar proses analisa mengenai kecepatan mobil akan memakan waktu 3-4 hari. Dengan demikian, kemungkinan besar informasi mengenai kecepatan mobil saat terjadinya tabrakan baru akan diketahui pada Senin (26/1/2015).

"Olah TKP yang tadi telah dilaksanakan menggunakan teknologi traffic accident analysis (TAA). Karena menggunakan teknologi, jadi membutuhkan waktu. Jadi dalam 3-4 hari ini baru akan diketahui," kata Wahyu, di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Kamis petang.

Menurut Wahyu, pemeriksaan ditekankan pada kecepatan mobil saat terjadinya tabrakan. Selain berdasarkan pada alat TAA, kata dia, kepolisian juga mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi yang ada di lokasi kejadian saat terjadinya peristiwa nahas itu.

"Kita akan tanyakan juga ke para saksi mata. Sejauh ini sudah ada tujuh saksi yang sudah kita periksa," ujar Wahyu.

Sebelumnya, Kepala Subdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hindarsono, mengatakan hasil penghitungan oleh polisi dengan alat TAA belum bisa diumumkan karena harus dilakukan analisa terlebih dahulu.

Hasil dari polisi, kata Hindarsono, nantinya akan dicocokkan dengan data dari agen tunggal pemegang merek (ATPM) dari mobil yang bersangkutan, dalam hal ini Mitsubishi.

"Sekarang kita sedang menganalisa TAA. Hasilnya tidak bisa langsung. Hasinya berapa, kecepatannya berapa, nanti akan kita samakan dengan hasil yang ada dari ATPM," kata dia seusai olah TKP.

Selain mencocokkan data dari ATPM, polisi juga akan menyamakan data kejadian yang menewaskan empat orang itu dengan data dari kejadian-kejadian serupa yang pernah terjadi di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

"Kalau memang ada kemiripan dengan kejadian-kejadian sebelumnya, bisa kita ketahui berapa kecepatannya saat terjadinya benturan. Setelah lengkap, baru kemudian kita buat BAP (berita acara pemeriksaan)," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com