Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Warga Waduk Pluit Bertahan Saat Terisolasi Banjir

Kompas.com - 11/02/2015, 21:35 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian warga di sisi timur Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, memilih untuk tidak mengungsi dan bertahan di tempat yang lebih tinggi, saat banjir Senin kemarin.

Karena mengambil risiko itu, warga terpaksa menjalani hidup dengan susah payah karena banjir membuat mereka tak dapat beraktivitas normal.

Amajid (30), salah satu warga sisi timur Waduk Pluit di RT 19 RW 17 mengaku mengungsi di Rumah Dakwah milik anak yatim piatu yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya.

Amajid bertahan di lantai dua rumah tersebut bersama sekitar 50 orang warga lainnya. Ia memilih untuk tidak mengungsi ke tempat lain karena alasan jauh dari tempat tinggalnya.

Di tempat pengungsian ini, bapak satu anak dan memiliki istri yang tengah mengandung itu mengatakan bertahan hidup dengan makan apa adanya.

"Jadi kita beli adanya mi instan, ya makan mi, adanya kerupuk, ya makan kerupuk. Habis mau masak bagaimana. Listrik juga mati. Memang selalu begitu, kalau banjir ya seadanya saja," kata Amajid, kepada Kompas.com, di Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (11/2/2015).

Menurut dia, banjir menenggelamkan permukiman warga sedalam satu meter. Untuk berbelanja kebutuhan saat mengungsi banjir kemarin, dia mengaku hanya dapat berjalan di warung terdekat. [Baca: Warga Sisi Timur Waduk Pluit Sebut Tak Diberi Tahu Saat Air Meluap]

Bantuan disebutnya tidak ada yang diberikan kepada warga. Pria yang telah tinggal selama hampir 15 tahun di sisi timur Waduk Pluit ini mengatakan kondisi itu cukup menyulitkan.

Ia bersama keluarga mengungsi di rumah dakwah tersebut sejak Senin (9/2/2015), dan baru saja kembali ke rumah Rabu pagi tadi.

"Memang sangat repot. Kalau kita punya anak kecil, punya keluarga, ada barang-barang di rumah, sangat repot sekali. Apalagi istri dalam keadaan hamil dan saya juga punya orangtua yang tinggal di belakang sini," ujar Amajid.

Senada diungkapkan Neneng (50), warga RT 19 RW 17, yang tempat tinggalnya langsung berbatasan dengan tepi waduk. Neneng mengaku, saat banjir kemarin harus merogok kocek dalam untuk membeli beras.

"Mau beli beras seliter saja mahal. Makanan itu jadi pada mahal-mahal. Pisang goreng saja satu tiga ribu rupiah," ujar wanita yang bertahan menumpang di lantai dua rumah tetangganya ini. Neneng mengaku, hidup menjadi serba sulit saat banjir. "Sengsara deh pokoknya, pusing juga jadinya," ujar Neneng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com