Bagi sebagian orang, momentum yang lazim dengan sebutan Hari Valentine dan jatuh setiap 14 Februari itu tidak bisa tidak mestilah diungkapkan dengan bunga.
Untuk mengetahui muasal bunga pengungkap kasih sayang itu, kita mesti memulainya dari kawasan Rawabelong, Jakarta Barat.
Di wilayah itu, pada Senin (9/2) yang basah oleh hujan seharian, akses lewat Jalan Sulaiman menuju Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Rawabelong terhalang genangan berikut luapan tinggi air selokan.
Namun, buruknya drainase di sekitar pasar grosir kembang terbesar se-Asia Tenggara itu tak menyurutkan semangat para pedagang yang berderet di sepanjang Jalan Rawabelong.
Pasangan Ayung (35) dan Yunani (30), pengelola Toko Bunga Diana 2, misalnya. Senin pagi itu, mereka sudah bersemangat merangkai beragam hiasan untuk berbagai jenis bunga, baik asli maupun imitasi dari plastik, untuk bermacam keperluan dan pesanan.
Ditemani seorang pegawai bernama Dede (26), mereka terus merangkai tangkai-tangkai bunga, memotong sebagian batangnya, menaruhnya dalam kemasan khusus, dan menggantungkannya di bagian toko yang mudah terlihat. Berkaca dari pengalaman tahun sebelumnya, para pembeli di bulan Februari mulai ramai sekitar tanggal 11.
Puncak kunjungan dan pembelian biasanya terjadi pada tanggal 13 Februari atau sehari sebelum Valentine dirayakan. Pada masa itulah, sekitar tujuh orang bekerja melayani pembeli.
”Pada tanggal puncak itu, saya juga akan mulai membuka toko musiman tambahan seperti itu untuk memenuhi banyaknya permintaan pembeli,” kata Ayung seraya menunjuk kedai bunga berbentuk gerobak di seberang jalan.
Pada masa pembelian tertinggi itu, imbuh Ayung, laki-laki mendominasi menjadi konsumen.
Sekitar 80 persen pembeli merupakan laki-laki. Persentase yang lebih kurang sama merupakan pembeli usia muda pada kisaran belasan tahun hingga sekitar 30 tahun. Mereka datang dari sejumlah lokasi. Mawar menjadi favorit, disusul bunga lili.
Ramainya pembeli membuat harga turut terkerek naik. Jika pada hari biasa sebatang mawar dijual Rp 10.000, pada momentum Hari Kasih Sayang, harganya naik menjadi Rp 25.000 per batang.
Ramainya pembeli di pertengahan Februari, tutur Yunani, hanya bisa disaingi momentum hari raya Idul Fitri. ”Antara Lebaran dan Valentine, ramainya enggak bisa dibedain,” ujarnya.
Di luar kedua momen tersebut, peringatan Hari Guru, Hari Ibu, dan Imlek juga menyumbang pendapatan terbesar bagi para pedagang kembang.
”Kalau Valentine, yang beli bunga kebanyakan cowok. Sementara kalau Hari Ibu, yang membeli bunga kebanyakan cewek,” ujar Yunani.
Ia mengingat, pada perayaan Hari Ibu terakhir, hanya seorang laki-laki membeli bunga darinya di antara ratusan konsumen. ”Sepertinya ia sayang betul dengan ibunya. Satu buket dibelinya,” kata Yunani.
Beragam bunga
Selain anggrek dan lili, tentu saja beragam jenis bunga lain juga ditawarkan. Beberapa di antaranya adalah sedap malam, krisan, dan anggrek.
Selain itu, ada beberapa jenis bunga impor, seperti tulip yang didatangkan dari Belanda. Tulip dijual per 10 batang dengan harga sekitar Rp 750.000.
Jawa Timur, tepatnya Kota Batu, dan Jawa Barat dengan Cipanas dan Lembang menjadi pemasok utama bunga-bunga tersebut. Namun, ada sejumlah daerah lain yang menjadi pemasok, yaitu Batam untuk anggrek dan Serang untuk jenis sedap malam.
Yunani dan Ayung yang sudah memulai usaha berdagang kembang sejak masa pacaran, sekitar tahun 1997, mengatakan, usaha itu dimulai orangtua mereka. ”Sejak tahun 1980-an, sejak pasar kembangnya ada di dekat lampu merah Rawabelong,” kata Yunani.
Orangtuanya yang bernama Mujib meninggal tahun 2000. Pada sekitar masa itulah, ia mengingat, pasokan kembang dari Kota Batu mulai marak.
”Bunga mawar memang kebanyakan dari Malang, sementara bunga aster dari Cipanas,” ujar Yunani.
Batang-batang bunga segar itu bersicepat dengan proses pelayuan selama perjalanan darat sebelum ditempatkan dalam wadah berisi air. Jika masuk musim hujan seperti sekarang, dengan kemungkinan kemacetan lalu lintas menyusul banjir di sejumlah lokasi, Ayung mengatakan, biasanya distribusi dilakukan dengan menggunakan kereta api.
Kerap pula terjadi hambatan dalam pengantaran yang menimbulkan keterlambatan. Namun, Ayung dan Yunani yang merupakan generasi kedua pedagang kembang di Rawabelong itu tidak gentar.
Mereka tetap membuka toko kembang itu tiap hari. Saat ini telah ada sekitar 12 toko bunga di sepanjang Jalan Rawabelong yang tidak seberapa jauh dari pusat grosir bunga Rawabelong di Jalan Sulaiman.
Begitulah bunga-bunga yang bertebaran sepanjang pertengahan Februari. Bunga-bunga itu menempuh perjalanan panjang dan berliku sebelum sahih dipakai sebagai simbol kasih sayang. (Inki Rinaldi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.