Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nana Pilih "Refund" ketimbang Terbang dengan Lion Air Lagi

Kompas.com - 20/02/2015, 09:26 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


TANGERANG, KOMPAS.com — Seorang penumpang maskapai Lion Air yang mengalami keterlambatan hampir tujuh jam, Nana, mengaku bingung. Sebab, dia telah membeli tiket pergi-pulang (PP) rute Jakarta-Palembang sejak dua minggu lalu, dengan jadwal kembali ke Jakarta pada Minggu (22/2/2015).

Dengan pengalaman delay yang cukup lama dan tidak ada penjelasan sama sekali dari pihak maskapai, Nana mengaku ragu. Dia pun belum menentukan apakah akan tetap menaiki pesawat Lion Air atau memilih maskapai lain.

"Ini sekarang saya khawatir, hari Minggu sudah mau balik ke Jakarta, apa kabarnya nanti," tutur Nana kepada Kompas.com, Jumat (20/2/2015).

Dia menambahkan, saat berangkat ke Palembang pada Kamis (19/2/2015) pukul 02.30 WIB dini hari, keberangkatan pesawat tersebut terkesan diam-diam karena tidak ada pengumuman untuk naik ke pesawat seperti biasanya. Dengan demikian, tidak semua penumpang yang sama-sama telah menunggu bisa melakukan penerbangan saat itu.

Menurut Nana, dia harus memastikan dirinya bisa tiba di Jakarta pada Minggu karena Senin sudah masuk kerja seperti sediakala. Untuk itu, dia ingin mendatangi kantor Lion Air di Palembang untuk mengajukan pengembalian uang tiket atau refund dan mencari penerbangan ke Jakarta menggunakan maskapai lain.

"Hari ini saya mau ke kantor Lion Air Palembang buat refund, lalu beli tiket pesawat lain," ujar Nana.

Hingga saat ini, belum ada informasi resmi dari pihak Lion Air terkait keterlambatan beberapa pesawat yang akan terbang ke Palembang, Riau, dan Kalimantan. Direktur Utama Operasional PT Angkasa Pura II Djoko Muratmodjo, Kamis kemarin, menuturkan, ada lima pesawat Lion Air yang terlambat hingga lebih dari dua jam pada Rabu (18/2/2015) sore. Pada Kamis (19/2/2015), tiga pesawat juga delay di atas dua jam, mulai pagi hari.

"Untuk yang di bawah satu jam, banyak. Datanya saya belum tahu, tetapi banyak," ujar Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com