Kriminolog Achmad Hisyam menilai, ada beberapa kemungkinan warga sampai hati melakukan aksi main hakim sendiri. Pertama, aksi itu mungkin merupakan bentuk penurunan kepercayaan terhadap polisi ataupun pihak-pihak yang memiliki otoritas menegakkan hukum.
"Namun, penurunan kepercayaan tersebut tidak secara umum, biasanya hanya untuk kasus-kasus ringan saja," kata Achmad saat dihubungi, Senin (24/2/2015).
Achmad menduga warga kecewa terhadap penanganan kasus-kasus ringan berupa pencurian motor atau mobil. Karena, laporan tak kunjung ditindaklanjuti atau barang yang dirampas tidak kembali. [Baca: Korban Begal di Pondok Ranji Mengaku Sudah Diincar Saat Masuk Gang]
Maka dari itu, warga berpikir lebih baik menghabisi langsung pelaku dari perbuatan tercela itu. Kemungkinan lainnya adalah warga merasakan amarah terhadap pelaku kejahatan yang meresahkan warga.
Pelaku kejahatan kini makin kejam karena tidak segan-segan melukai korbannya bahkan hingga menghabisi nyawa. Ia juga mengatakan, begal bukanlah modus kejahatan baru, tetapi semakin lama pelakunya semakin kejam. [Baca: Keberanian Wanita Muda Tahan Sabetan Pedang Komplotan Begal]
Ditambah lagi, aksi begal cukup marak terjadi belakangan dengan modus yang lebih kejam daripada beberapa waktu lalu. Untuk begal yang di Pondok Aren bahkan pelakunya tidak segan-segan membacok korbannya dengan pedang.
Beruntung, korbannya memiliki keberanian yang tinggi sehingga berhasil menghalau serangan itu. "Jadi mungkin kekejaman inilah yang membuat warga gemas dan melakukan main hakim sendiri kepada begal," kata Achmad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.