Tidak hanya itu, perampokan toko/minimarket, rumah, dan sopir taksi juga terjadi. Ledakan di ITC Depok yang diduga berasal dari bom rakitan turut menambah keresahan masyarakat.
Keresahan berkembang menjadi kekhawatiran teramat sangat dan memicu kemarahan warga. Hal ini tidak lain dipicu pembegal yang tidak hanya merampas sepeda motor atau mobil, tetapi juga berani melukai bahkan membunuh korban.
Sampai akhir Februari ini, empat jiwa melayang karena kejahatan perampasan. Warga pun melawan dengan membakar pelaku pembegalan di Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Kompas, 24/2/2015). Pada Minggu (1/3), giliran begal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dihajar massa hingga tewas.
Sebanyak empat dari lima masyarakat Jakarta dalam survei jajak pendapat Litbang Kompas pekan lalu menilai, kondisi Jakarta sudah tidak aman.
Kekhawatiran warga Ibu Kota terhadap kriminalitas dengan kekerasan juga didukung hasil penelitian terbaru The Economist Intelligence Unit yang dipublikasikan tahun 2015. Menurut penelitian itu, dari 50 kota yang disurvei, Jakarta ada di urutan terakhir dan mendapatkan predikat kota paling tidak aman (Kompas, 2/2/2015).
Salah satu responden, Ibu Suharno (74), mengaku beberapa kali menjadi korban kejahatan. "Pernah ditodong di angkutan umum, di samping sudah ada celurit. Pernah juga dicopet di pasar," tutur responden yang tinggal di Jakarta Selatan ini.
Lokasi rawan
Semakin banyak dan sadisnya kasus kriminalitas mewajibkan masyarakat makin waspada, khususnya ketika berada di lokasi rawan.
Lebih dari separuh responden menganggap jalan raya sebagai tempat paling rawan kejahatan. Jalan tanpa penerangan berpotensi menjadi tempat pembegalan kendaraan bermotor pada malam hari. Modusnya, pelaku memepet korban dengan dua sepeda motor yang dikendarai empat pelaku bersenjata tajam atau bersenjata api. Selanjutnya, pelaku merampas sepeda motor korban.
Terminal juga dianggap oleh satu dari lima peserta jajak pendapat sebagai lokasi yang potensial untuk terjadinya kriminalitas. Selain itu, warga Jakarta dan sekitarnya juga menyebutkan, jembatan penyeberangan, halte bus yang sepi, dan stasiun kereta api sebagai lokasi yang dianggap rawan.
Demi menghindari kejahatan, Sulistia (54), mengurangi aktivitas di luar rumah yang tidak terlalu penting. "Kalau tidak karena pekerjaan atau kegiatan sangat penting, saya tidak keluar rumah sendirian," ujar responden yang berdomisili di Jakarta Pusat ini.
Tukang ojek pun sekarang selektif mengangkut penumpang. Seperti cerita tukang ojek di Jalan Juanda, Margonda, Kota Depok, yang menghindari beroperasi pada malam hari. Beberapa tukang ojek di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, ikut tidak berani lagi mengantarkan penumpang di atas pukul 21.00.
Razia-patroli
Aparat kepolisian diminta cepat bertindak demi mencegah semakin tingginya kejahatan di jalanan. Adanya petugas keamanan rutin razia dan patroli keamanan menjadi keinginan utama warga Ibu Kota. Selain itu, kepolisian diharapkan juga berjaga di daerah-daerah yang dianggap rawan. Penerapan hukuman berat bagi pelaku yang tertangkap juga dinilai bisa menimbulkan efek jera dan membuat para penjahat berpikir dua kali saat hendak melakukan aksi jahat.
Selama dua bulan ini, Polda Metro Jaya sebenarnya telah melakukan beberapa operasi pencegahan tindak kejahatan, misalnya Operasi Cempaka, Operasi Bina Kusuma, dan Operasi Cipta Kondisi. Selain itu, dilakukan juga terapi kejut, seperti tindakan tembak di tempat bagi pelaku kejahatan. Pada masa mendatang, Pemerintah Provinsi DKI akan memasang 2.500 kamera pemantau (CCTV) untuk menangkap gambar pelat nomor kendaraan. Pemanfaatan teknologi seperti aplikasi Android untuk melaporkan kondisi keamanan kota juga sedang dikembangkan.
Upaya-upaya pencegahan kejahatan oleh aparat kepolisian dan Pemprov DKI diharapkan tidak hanya dilakukan reaktif. Aneka usaha ini harus menjadi bagian dari sistem keamanan kota yang bersifat terus-menerus. Rasa aman dari tindak kejahatan adalah salah satu kebutuhan dasar warga kota, terutama kota besar seperti Jakarta.
(SUSANTI AGUSTINA S/LITBANG KOMPAS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.