Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lihat Tuh Wajah Pejabat Lesu, Kebayang Gaji Rp 75 Juta tetapi Gak Jadi"

Kompas.com - 02/04/2015, 12:19 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Jenderal (Dirjen) Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri Reydonnyzar Moenek meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan DPRD DKI untuk berdamai. Sebab, mereka harus mengurus anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) DKI secara tepat waktu.

"Setelah kami memberi sanksi gaji tidak dibayar selama enam bulan bagi kepala daerah dan DPRD jika tidak mengesahkan APBD tepat waktu, 32 provinsi tepat waktu menyerahkan APBD ke Kemendagri. Eh kok dua provinsi khusus dan istimewa justru tidak tepat waktu, DKI Jakarta dan Aceh," kata pria yang akrab disapa Donny itu saat penyampaian klarifikasi RAPBD 2015 di Gedung Blok F Kemendagri, Kamis (2/4/2015).

DPRD DKI baru mengesahkan APBD DKI 2015 pada 27 Januari 2015. Padahal, Kemendagri memberi tenggat waktu hingga 31 Desember 2014 untuk mengesahkan APBD 2014.

Seharusnya, lanjut Donny, kedua pihak ini berkonsultasi bersama untuk dapat mengesahkan anggaran masyarakat ini. Keterlambatan pengesahan APBD ini, kata dia, membawa implikasi keterlambatan efektivitas daya serap dan memengaruhi besarnya sisa lebih perhitungan anggaran (silpa).

Selain itu, lanjut dia, pembayaran gaji pegawai juga tidak bisa dibayarkan sepenuhnya ketika APBD telat disahkan. Meskipun DKI memiliki anggaran mendahului, anggaran itu hanya bisa digunakan untuk perbaikan jalan berlubang, bantuan bencana, pembayaran gaji pokok, serta pembayaran telepon air listrik serta internet. Sementara itu, tunjangan kinerja daerah (TKD) dinamis yang dijanjikan Basuki tidak bisa dibayarkan selama APBD belum cair.

"Lihat nih Pak, pejabat-pejabat di depan wajahnya lesu semua. Mereka sudah kebayang-bayang dapat gaji Rp 75 juta, Rp 33 juta, tetapi sesuai aturan mereka cuma bisa dibayar gajinya saja bukan tunjangan. Lihat Pak, Pak Lasro (Inspektorat DKI Lasro Marbun) jalannya sudah miring-miring. Ini pegawai semua bayar listriknya di rumah pasti sudah pada menunggak semua," kata Donny. 

"Pak Gubernur, Pak Dewan, ini rakyat nungguin APBD, jangan terlambat, jangan bertikai terus, sepakati dan duduk bareng. Tolong nanti Pak Ahok (Basuki) dan Dewan lupakan kejadian kemarin, susun langkah baru, rajut langkah baru menuju Jakarta lebih baik," kata Donny.

Hingga pukul 11.43, rapat masih berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com