"Cikal bakalnya (warung Soto Lamongan di Jakarta) di daerah Menteng," katanya seraya menyebut Warung Sate Sabang yang didirikan Jali Suprapto.
Merantau untuk mengubah nasib adalah motivasi terbesar yang mengantar anak-anak muda Lamongan ke Jakarta, kata Bambang.
Namun pada masanya, menurut Bambang Suryodarmo, keterbelakangan Lamongan membuat warganya memutuskan untuk meninggalkannya.
"Daerah Lamongan itu dulunya minus. Orang Lamongan itu dulu malu menyebut berasal dari Lamongan," akunya.
"Karena, dulu, kalau banjir, kita nggak bisa apa-apa. Dan kalau musim kemarau tidak ada air," ujarnya lagi.
Dan sekarang, kisah sukses penjual Soto Lamongan di perantauan, menurut Bambang, berdampak langsung pada kehidupan ekonomi keluarganya di kampung atau desanya.
"Dulu rumah bambu, sekarang rumahnya bagus. Ekonomi Lamongan itu sekian persen itu berasal dari keberhasilan usaha kuliner," kata Bambang seraya menyebut sebuah desa di Lamongan yang sebagian besar warganya merantau ke Jakarta.
Tentu saja tidak semua warga Lamongan yang membuka bisnis kuliner di Jakarta, dapat bernasib semujur seperti Pak Jali Suprapto atau beberapa lainnya yang namanya berkibar dalam bisnis soto atau pecel lele Lamongan.
Namun demikian, warga Lamongan yang menggeluti bisnis kuliner makanan tradisional macam soto atau pecel lele, kini dapat menyebut dirinya sejajar dengan pemilik restoran Padang atau Warung Tegal yang lebih dulu dikenal. (Heyder Affan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.