Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penjahit Keliling di Ibu Kota...

Kompas.com - 11/05/2015, 17:36 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang laki-laki tampak mengayuh sepeda kumbang dengan gerobak yang menempel di bagian belakang. Di atas gerobak yang berwarna putih, terdapat mesin jahit berwarna hitam.

Pria tersebut bernama Arifin (33), seorang penjahit keliling, yang sudah belasan tahun tinggal di Jakarta. Arifin menginjakkan kaki di Ibu Kota dengan berbekal keterampilan menjahit celana dan baju.

"Saya pertama di (tempat) konfeksi tahun 1999. Awalnya, di daerah Bekasi," kata Arifin saat ditemui Kompas.com di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (11/5/2015).

Awal bekerja di tempat konfeksi, Arifin memegang bagian memasang retsleting. Lambat laun, Arifin dipercaya menjadi penjahit untuk membuat celana jeans. Hampir 10 tahun berkecimpung di dunia konfeksi, Arifin tak puas. Ia kemudian mencoba untuk menyambung hidup dengan menjadi penjahit keliling pada akhir pekan.

"Saya kerja di (tempat) konfeksi dari Senin sampai Sabtu. Di hari Minggu, saya ke lapangan, jahit keliling," ucap Arifin.

Saat memasuki dunia baru itu, Arifin merasa ada yang berbeda. Dia menjadi sedikit bebas daripada harus bekerja di konfeksi. "Saya akhirnya pilih jadi penjahit keliling. Untungnya lebih banyak daripada kerja di (tempat) konfeksi," kata Arifin.

Arifin menyebut setiap harinya ia bisa mendapat empat hingga lima jahitan. Tiap jahitan dipatok dengan harga bergantung pada jenis pekerjaannya. Biaya mengecilkan pakaian dipatok Rp 15.000, sementara pemotongan celana ialah Rp 10.000.

Meskipun harga yang dipatok Arifin cukup murah, tak sedikit pelanggan yang meminta harga lebih murah. Kalau ada yang begitu, Arifin pun berusaha memberikan penjelasan. "Tadi pagi ada orang yang mau ngecilin celana. Saya tahu dia tukang bangunan, makanya harga saya diskon jadi Rp 10.000, eh dia malah nawar Rp 5.000. Sampai akhirnya saya kasih Rp 7.500," kata Arifin.

Saat seperti itu, Arifin tak bisa berbuat banyak. Ia pun harus terima apa adanya, apalagi ia bekerja dengan prinsip membantu satu sama lain. "Kalau saya sekarang kerja niatnya bantuin orang saja. Kasihan juga kan sudah rusak masa masih saya biarin gitu aja," ucap Arifin.

Belajar jahit

Bekal bisa jahit celana dan baju yang dimiliki Arifin ternyata tidak serta-merta ia dapatkan. Ia harus kursus terlebih dahulu ke salah satu tetangganya denga biaya Rp 95.000 per bulan.

"Saya awalnya belajar jahit. Sudah bisa buat celana dan baju. Tapi, pas mau belajar kebaya, saya tinggal," kata Arifin.

Ia telanjur terlena melihat tetangganya yang pulang dengan pakaian bagus ke kampung. Hal itu kemudian menumbuhkan semangat Arifin ke Jakarta.

"Kalau penjahit keliling lainnya kadang otodidak ya," ujar Arifin.

Berkat kursus jahit, Arifin pun kadang tidak serta-merta menjahit pakaian pelanggan dengan asal-asalan. Ia terkadang akan memberikan saran jika pelanggan dirasa meminta hal yang akan membuat jelek pakaian.

"Kalau penjahit lain kan kalau disuruh potong dua sentimeter main potong aja. Kalau saya lihat dulu. Kalau memang cocok dan enak dipakai, saya kerjain, kalau enggak, saya enggak mau kerjain," kata Arifin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com