Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Intai Pengguna Gas Elpiji Palsu

Kompas.com - 22/05/2015, 08:37 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gas elpiji tabung 12 kilogram palsu hasil oplosan tabung "melon" kembali marak. Selisih harga antara gas elpiji tabung 3 kg bersubsidi dan tabung 12 kg menjadi motivasi pemain dalam bisnis ilegal tersebut. Padahal, di balik keuntungannya yang menggiurkan, ada bahaya mengintai dari penggunaan tabung gas palsu ini.

Pemberian segel yang tidak sesuai dengan standar berpotensi menimbulkan kebocoran gas. "Risiko meledaknya tinggi, sangat berbahaya," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul di Mapolda Metro Jaya, Kamis (21/5/2015).

Lokasi pengoplosan gas elpiji tabung palsu biasanya dilakukan secara home industry. Artinya, lokasi pengoplosan ada di sekitar permukiman warga. Dalam prosesnya, pemindahan gas dari tabung melon ke tabung 12 kg sangat berisiko menimbulkan luapan gas ke udara. Percikan api kecil pun dapat menimbulkan ledakan yang besar.

Mudah dibuat

Sulit dibasminya bisnis ilegal ini juga karena mudahnya memindahkan gas dari tabung melon ke tabung 12 kg. Hanya dengan menggunakan alat-alat sederhana, seperti selang regulator dan pipa besi, gas dengan cepat dapat dipindahkan.

Dalam rilis kasus penangkapan pelaku bisnis pemalsuan gas elpiji di Mapolda Metro Jaya pada Kamis sore, polisi meminta pelaku untuk memperagakan cara pemindahkan gas dari tabung satu ke tabung lainnya. Pelaku hanya menggunakan pipa besi sepanjang kurang lebih 10 sentimeter yang kedua ujungnya dipasangi besi kecil lainnya. Pipa besi itu dipasangkan ke mulut kedua tabung.

Dalam waktu singkat, gas sudah berpindah. Tak hanya dipindahkan ke tabung 12 kg, gas elpiji dari tabung melon juga dipindahkan ke tabung 50 kg. Caranya hampir sama, tetapi pipa besi dihubungkan lagi dengan selang plastik. Tujuannya supaya mempermudah menjangkau mulut tabung 50 kg karena ukurannya yang cukup tinggi.

Pelaku membeli gas dalam tabung 3 kg di warung-warung sekitar lingkungannya dengan harga Rp 17.000-18.000 per tabung. Kemudian, isinya dipindahkan ke tabung 12 kg yang dijual lagi dengan harga Rp 142.000 hingga Rp 145.000 per tabung sehingga selisih penjualannya bisa mencapai Rp 60.000 per tabung.

Tak hanya selisih harga yang menjadi keuntungan pelaku, isi atau volume gas yang sudah dipindahkan ke tabung gas 12 kg juga tidak pas dengan yang seharusnya. Toleransi isi tabung gas elpiji 12 kg yang diizinkan ialah 0,24 kg untuk satu tabung. Namun, untuk gas elpiji tabung palsu, selisihnya bisa mencapai 2,5 kg.

Waspada

Tampilan tabung gas elpiji palsu dengan asli hampir tidak bisa dibedakan. Sebab, pelaku juga menyegel tabung gas palsu dengan segel yang mirip dengan tabung gas asli. Untuk itu, Martinus mengimbau warga untuk lebih waspada.

Teliti dengan menimbang gas saat baru dibeli terkadang perlu meskipun kadang massa gas tetap sama saat volume gas dikurangi. Sebab, ada alat khusus yang dapat menambah massa dari tabung. Maka dari itu, pencegahan harus dimulai dari "sumbernya", yakni praktik pembuatan gas elpiji tabung palsu tersebut.

Martinus pun mengimbau kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungannya. Bila menemukan praktik yang mencurigakan, segera laporkan ke polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Megapolitan
Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Megapolitan
Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Megapolitan
Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu 'Nombok' Setoran

Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu "Nombok" Setoran

Megapolitan
Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, 'Bekingan' Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Megapolitan
Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com