Meski demikian, Djarot mengatakan belum terjadi lonjakan harga beras maupun bahan pokok lainnya di Jakarta. Mengenai keberadaan beras plastik, Djarot meminta pihak yang berwenang segera melacak pelaku. Tidak hanya melacak pada tingkat distributor, tetapi juga importir beras tersebut. Hal tersebut agar isu tersebut tidak semakin membuat khawatir masyarakat.
"Lah iya itu emang dari Karawang, dari mana-mana aja, ke penjualnya siapa, didapat darimana, siapa pemasoknya, seperti apa, didatangi dapat darimana mana, siapa importirnya," ujar Djarot.
Informasi mengenai beras plastik mencuat setelah salah seorang penjual bubur di Bekasi, Dewi Septiani, melaporkan kasus itu. Dewi mengaku membeli enam liter beras yang diduga bercampur dengan beras plastik. Beras tersebut dia beli di salah satu toko langganannya.
Dewi memang biasa membeli beras dengan jenis yang sama di toko tersebut seharga Rp 8.000 per liter. Keanehan dari beras tersebut dia rasakan setelah mengolahnya menjadi bubur. Beras plastik tersebut pun positif mengandung polyvinyl chloride yang merupakan bahan baku pipa, kabel, dan lantai.
Beras itu juga mengandung plastiser plastik seperti Benzyl Butyl Phtalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl Phtalate (DEHP), dan Diisononyl Phtalate (DNIP). Ketiga bahan tersebut merupakan pelembut yang biasa digunakan bersamaan dengan Polyvynil Clhoride. Tujuannya agar pipa atau kabel mudah dibentuk.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.