"Sepatu korban robek di bagian kiri dan kanan, maka korban diduga diseret," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Kamis (4/6/2015).
Kemudian, pada tubuhnya dikaitkan ransel berisi batu merah yang tengahnya berlubang. Posisi tas hanya dikaitkan tanpa diikat. Hal itu menambah kuat dugaan Akseyna sedang tidak sadar saat ditenggelamkan karena tidak berusaha melepaskan tas. Fakta bahwa di paru-paru Akseyna terdapat air dan pasir menambah kuat dugaan tersebut. Sebab, air tidak akan masuk ke paru-paru bila ia sudah tidak bernapas.
"Kondisinya dia tidak sadar tetapi masih bernapas," ujar Krishna.
Sebelumnya, polisi telah meyakini Akseyna meninggal karena dibunuh. Sebab, kondisi fisik dan lingkungannya mengindikasikan mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas MIPA itu menunjukkan demikian. Penyidikan pun telah difokuskan ke pencarian pelaku. Penyidik, kata Krishna, akan kembali membuka data penyelidikan dan mengulangi proses pengumpulan bukti-bukti.
"Kami kerucutkan TKP (tempat kejadian perkara) dan alibi untuk menemukan tersangkanya," kata dia.
Untuk menentukan tersangka, penyidik juga perlu menemukan motif dari pembunuhan. Sejauh ini, penyidik masih memeriksa ulang saksi-saksi yang berasal dari keluarga dan teman-teman Akseyna guna menemukan motif tersebut.