Jarak dari gerbang paling depan sampai masuk ke tempat pesawat mangkrak sekitar satu kilometer. Pemandangan yang terlihat saat awal turun adalah banyaknya pesawat yang diparkir secara tidak beraturan. Ada dua unit pesawat yang sengaja diparkir di area rumput. Selebihnya, pesawat diparkir secara acak di area hanggar.
Beberapa pesawat di antaranya adalah milik Kartika Airlines dan Bouraq Air. Beberapa pesawat sudah tidak utuh. Ada yang moncongnya sudah tidak ada, ada yang sayapnya hilang sebelah, ada pula yang hampir semua bagian pesawatnya dibongkar habis.
Pihak tersebut ada yang langsung membeli ke maskapai dan menawar sejumlah harga untuk mendapatkan pesawat yang mangkrak itu. Mereka mengincar bagian-bagian pesawat yang masih bisa dijual atau dimanfaatkan lagi, seperti barang-barang yang mengandung besi dan platina.
"Ini bos kita minta dipreteli semuanya. Nanti pretelan-pretelannya dikiloin, sekilo biasanya dihargain Rp 13.000," kata salah satu tukang bongkar pesawat mangkrak, Tomo (39), Selasa (23/6/2015).
Menurut Tomo yang ditugasi membongkar pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 seri lama ini, bosnya membeli pesawat mangkrak itu sekitar Rp 300 juta. Garuda Indonesia melepas pesawat yang diperkirakan sudah berusia 20 tahun lebih itu tanpa mesin. Hanya badan dan rangka pesawat yang diberikan. Mesin pesawat tetap diambil oleh pihak Garuda Indonesia.
Pantauan Kompas.com, masih ada 15 lebih unit pesawat mangkrak di sana. Sedangkan, PT Angkasa Pura II mendata hanya ada enam pesawat mangkrak yang tersisa. Pesawat-pesawat tersebut masih dibiarkan sampai pemilik pesawat dengan pihak bandara mencapai suatu kesepakatan. Sedangkan pesawat mangkrak lain sudah dipastikan akan dimusnahkan, salah satu caranya adalah dengan dibongkar secara manual oleh tukang yang disewa.