Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Jakarta Pusat: Transportasi Kejar Pertumbuhan

Kompas.com - 24/06/2015, 15:00 WIB

Bangun sistem

Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, mengatakan, ada banyak faktor yang membuat orang enggan menggunakan angkutan umum. Salah satunya karena sistem angkutan umum tidak dibangun menyeluruh.

Membangun sistem transportasi, menurut Ellen, tidak dapat hanya menyediakan bus atau kereta api. Harus diperhatikan pula detail, mulai dari integrasi antarmoda, ketersediaan trotoar yang aman dan nyaman, hingga fasilitas penunjang seperti parkir perpindahan moda (park and ride).

Fungsi light rail transit (LRT) yang akan dibangun pemprov mesti didefinisikan. Dari sisi kapasitas angkut, LRT lebih cocok sebagai angkutan pengumpan bagi angkutan massal seperti KRL Jabodetabek, bus transjakarta, atau MRT kelak. Karena itu, pembangunan LRT harus benar-benar dipastikan terintegrasi dengan angkutan utama.

Simpul-simpul keramaian berkembang di banyak tempat. Sementara itu, angkutan umum yang melayani kawasan itu belum banyak. Ellen mencontohkan, kawasan Casablanca kini sudah berkembang sebagai kawasan bisnis dan perdagangan yang ramai. Untuk mengakomodasi pergerakan orang di kawasan ini, perlu angkutan massal yang memadai. "Rute angkutan umum bukanlah milik operator yang bisa dijalankan selamanya. Rute merupakan milik pemerintah," ucapnya.

Untuk dapat menata rute, dibutuhkan pemetaan pergerakan orang sebagai dasar pembuatan rute-rute angkutan umum. Pemetaan ini yang masih kurang. Akibatnya, ketersediaan angkutan massal jadi sangat kurang di wilayah yang membutuhkan.

Kondisi ini membuat ekses, salah satunya adalah menjamurnya ojek. Dengan sepeda motor, pengemudi ojek mampu menembus kemacetan dan menjadi solusi terutama bagi mereka yang memburu kecepatan sampai ke lokasi tujuan. Belakangan, peran ojek digugat sebagian operator angkutan umum resmi. Ojek bukanlah angkutan umum.

Butuh perluasan

Di antara fasilitas angkutan massal yang ada saat ini, banyak di antaranya yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini.

Stasiun Tanah Abang yang berada di tengah sentra perdagangan pakaian di Jakarta Pusat, misalnya, beberapa kali tidak sanggup lagi menampung penumpang. "Stasiun Tanah Abang didesain untuk menampung 60.000 orang. Saat ini, jumlah penumpang yang keluar-masuk stasiun ini sudah 110.000 orang per hari," kata Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek, MN Fadhila.

Dia mengakui, perluasan stasiun seperti Tanah Abang mutlak dilakukan. Sebagian besar stasiun dibangun pada masa Belanda. Akibatnya, kapasitas stasiun tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

Selain kapasitas stasiun, kondisi trotoar juga banyak yang memprihatinkan.

Perbaikan sektor transportasi secara keseluruhan ini diharapkan dapat memperbaiki citra transportasi publik. Orang pun dapat naik angkutan umum dengan nyaman dan aman. Kendaraan pribadi bisa diparkir di rumah, bukan di tengah jalan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juni 2015, di halaman 22 dengan judul "Transportasi Kejar Pertumbuhan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Megapolitan
Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Megapolitan
Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Megapolitan
Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Megapolitan
Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Megapolitan
Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Megapolitan
Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Megapolitan
Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Megapolitan
Diduga Alami 'Microsleep', Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Diduga Alami "Microsleep", Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Megapolitan
Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Megapolitan
Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Megapolitan
H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com