Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Jakarta Pusat: Transportasi Kejar Pertumbuhan

Kompas.com - 24/06/2015, 15:00 WIB


Oleh Agnes Rita Sulistyawaty

Apabila tidak mengunjungi Jakarta selama beberapa tahun, besar kemungkinan Anda tercengang dengan perkembangan fisik kota ini. Banyak simpul aktivitas baru, mulai dari pusat kota Jakarta hingga ke sekitarnya.

Namun, pengembangan transportasi publik belum sepesat pertumbuhan kota ini. Akibatnya, kemacetan masih terjadi karena kendaraan pribadi menjadi andalan.

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta pada 2014 mencatat, 2,4 juta orang yang tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menjadi komuter di wilayah Jakarta. Apabila setiap orang melakukan satu kali perjalanan pergi dan satu perjalanan pulang, sedikitnya ada 4,8 juta perjalanan komuter di Jakarta. Jumlah ini belum termasuk 7,9 juta warga Jakarta yang melakukan perjalanan di dalam satu wilayah kota Jakarta.

Wilayah Jakarta Pusat merupakan tempat tujuan terbesar komuter. Hal ini tidak dapat dilepaskan karena pusat pemerintahan negara ini ada di Jakarta Pusat. Berbagai pusat kegiatan, perwakilan negara asing, dan kantor swasta juga ada di wilayah administratif seluas 48,2 kilometer persegi ini.

BPS Jakarta juga mencatat, penggunaan kendaraan umum untuk komuter Jabodetabek hanya 23-30 persen dari total perjalanan. Sebagian besar komuter masih memanfaatkan sepeda motor untuk mengakomodasi perjalanan mereka.

Faktor keamanan di angkutan umum juga menjadi salah satu pertimbangan orang enggan menggunakan angkutan umum. Selain pencurian, pemerkosaan penumpang angkutan umum juga masih terjadi. Pekan lalu, seorang penumpang angkutan D01 Kebayoran-Ciputat diperkosa sopir angkutan itu.

Andreas Lucky Lukwira, pengguna angkutan umum yang juga moderator akun @naikumum, berharap Dinas Perhubungan DKI Jakarta bersikap tegas terhadap pelaku kekerasan, termasuk pemilik kendaraan. Hal ini untuk memberikan efek jera dan mencegah kejadian serupa terulang. Apalagi, sopir yang melakukan kejahatan itu sopir tembak. "Jakarta sebagai kota 24 jam harus turut didukung angkutan umum yang beroperasi 24 jam dan terjamin keamanannya," kata Andreas.

Ia berharap bus transjakarta yang beroperasi malam hari bisa ditambah karena keamanan bus ini lebih terjamin. Persoalannya, pengguna transjakarta atau KRL banyak yang membutuhkan angkutan pengumpan untuk membawa mereka sampai ke tujuan. Di sinilah pentingnya ketersediaan angkutan umum yang aman dan nyaman pada malam hari sekalipun.

Bangun sistem

Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, mengatakan, ada banyak faktor yang membuat orang enggan menggunakan angkutan umum. Salah satunya karena sistem angkutan umum tidak dibangun menyeluruh.

Membangun sistem transportasi, menurut Ellen, tidak dapat hanya menyediakan bus atau kereta api. Harus diperhatikan pula detail, mulai dari integrasi antarmoda, ketersediaan trotoar yang aman dan nyaman, hingga fasilitas penunjang seperti parkir perpindahan moda (park and ride).

Fungsi light rail transit (LRT) yang akan dibangun pemprov mesti didefinisikan. Dari sisi kapasitas angkut, LRT lebih cocok sebagai angkutan pengumpan bagi angkutan massal seperti KRL Jabodetabek, bus transjakarta, atau MRT kelak. Karena itu, pembangunan LRT harus benar-benar dipastikan terintegrasi dengan angkutan utama.

Simpul-simpul keramaian berkembang di banyak tempat. Sementara itu, angkutan umum yang melayani kawasan itu belum banyak. Ellen mencontohkan, kawasan Casablanca kini sudah berkembang sebagai kawasan bisnis dan perdagangan yang ramai. Untuk mengakomodasi pergerakan orang di kawasan ini, perlu angkutan massal yang memadai. "Rute angkutan umum bukanlah milik operator yang bisa dijalankan selamanya. Rute merupakan milik pemerintah," ucapnya.

Untuk dapat menata rute, dibutuhkan pemetaan pergerakan orang sebagai dasar pembuatan rute-rute angkutan umum. Pemetaan ini yang masih kurang. Akibatnya, ketersediaan angkutan massal jadi sangat kurang di wilayah yang membutuhkan.

Kondisi ini membuat ekses, salah satunya adalah menjamurnya ojek. Dengan sepeda motor, pengemudi ojek mampu menembus kemacetan dan menjadi solusi terutama bagi mereka yang memburu kecepatan sampai ke lokasi tujuan. Belakangan, peran ojek digugat sebagian operator angkutan umum resmi. Ojek bukanlah angkutan umum.

Butuh perluasan

Di antara fasilitas angkutan massal yang ada saat ini, banyak di antaranya yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini.

Stasiun Tanah Abang yang berada di tengah sentra perdagangan pakaian di Jakarta Pusat, misalnya, beberapa kali tidak sanggup lagi menampung penumpang. "Stasiun Tanah Abang didesain untuk menampung 60.000 orang. Saat ini, jumlah penumpang yang keluar-masuk stasiun ini sudah 110.000 orang per hari," kata Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek, MN Fadhila.

Dia mengakui, perluasan stasiun seperti Tanah Abang mutlak dilakukan. Sebagian besar stasiun dibangun pada masa Belanda. Akibatnya, kapasitas stasiun tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

Selain kapasitas stasiun, kondisi trotoar juga banyak yang memprihatinkan.

Perbaikan sektor transportasi secara keseluruhan ini diharapkan dapat memperbaiki citra transportasi publik. Orang pun dapat naik angkutan umum dengan nyaman dan aman. Kendaraan pribadi bisa diparkir di rumah, bukan di tengah jalan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Juni 2015, di halaman 22 dengan judul "Transportasi Kejar Pertumbuhan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com