Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Pembunuhan Sang Kakak terhadap Adiknya di Ciledug

Kompas.com - 28/06/2015, 14:24 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — P (13) ditemukan tak bernyawa di rumahnya sendiri di Ciledug, Tangerang, Minggu (7/6/2015) sore. Sang kakak, R (15), saat itu juga ditemukan dalam kondisi mengenaskan dengan luka sayatan di leher sebelah kanan.

Awalnya, R bercerita bahwa pembunuh adiknya adalah seseorang yang memiliki perawakan tinggi, besar, hitam, dan memakai masker. Namun, tak satu pun saksi yang melihat ciri-ciri yang diungkapkan R.

Belakangan terbukti bahwa R merupakan dalang di balik pembunuhan tersebut. R menyayat leher adiknya dengan sebilah pisau yang berada di meja tempat sayur-mayur ibunya berjualan.

"Dia pulang dari masjid, rumah dalam keadaan kosong. Yang ada hanya korban P," kata Kasatreskrim Polres Metro Tangerang Kota Ajun Komisaris Besar Sutarmo saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Minggu (28/6/2015).

Saat sampai rumah, R melihat P dalam kondisi keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk. Dari cerita R, saat itu ia mendapat bisikan gaib untuk membunuh sang adik.

"'Saatnya, ini saatnya ini kamu bunuh adikmu. Kalau kamu enggak bunuh adikmu, kamu juga akan dibunuh dan keluarga kamu akan dibunuh'. Bisikannya begitu," kata Sutarmo.

R gelap mata. Ia pun mengambil sebilah pisau dapur yang berada di atas meja dan langsung menyerang P.

"Adiknya sempat melakukan perlawanan sehingga tangannya terluka menahan pisau. Ada di jari terluka. Analisanya menahan pisau," kata Sutarmo.

Namun, P tak kuasa menahan serangan dari R. Ia pun terjatuh ke lantai dan langsung diserang lagi oleh R. Saat itulah R menyerang leher P.

Saat adiknya sudah tak bernyawa, R kemudian melihat pisau tersebut. Tak lama berselang, suara gaib kembali muncul pada dirinya.

"Ada bisikan setan lagi. 'Kamu tusuk, kamu tusuk diri kamu'. Dia tusuklah pisau ke leher. Dari depan dengan tangan kanan ke leher kanan," kata Sutarmo.

Setelah R sadar menancapkan pisau ke lehernya, ia terasa kesakitan. Akhirnya ia mencabut pisau tersebut. "Dia minta tolong langsung dan tetangganya datang," kata Sutarmo.

Pada saat itulah dia bercerita bahwa pembunuh adiknya adalah orang berciri-ciri berbadan tinggi, hitam, besar, dan memakai masker. Namun, tak satu pun saksi yang melihat orang tersebut. Akhirnya polisi mencoba meminta keterangan saksi. Selain itu, polisi juga melakukan olah TKP berkali-kali.

Polisi menetapkan tersangka kepada R dari tiga alat bukti. Pertama keterangan dari saksi-saksi yang tidak melihat orang lain selain P dan R di rumah tersebut saat kejadian. Kedua berdasarkan hasil DNA darah yang tersisa dalam pisau. Hasilnya membuktikan bahwa ada dua darah di pisau tersebut, yakni darah P dan R.

Selain itu, setelah dilakukan uji laboratorium, ternyata di gagang pisau hanya ada kelenjar keringat R. Ketiga, yakni keterangan langsung dari R. Remaja tersebut mengaku membunuh berdasar dorongan gaib dari jin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com