Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Penjual Madu Palsu Mengaku Penduduk Asli Suku Baduy!

Kompas.com - 02/07/2015, 17:16 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Polisi mengamankan tiga orang berinisial BN (24), AB (51), dan SS alias TN (33) yang diduga membuat madu palsu di beberapa wilayah di Tangerang. Selain membuat madu palsu, mereka juga memasarkan produk tersebut dengan berpura-pura sebagai penduduk asli suku Baduy sehingga konsumen merasa lebih percaya madu itu benar-benar asli.

"Dari ketiga pelaku, kami amankan 1.275 botol kecil dan 50 botol besar yang sudah diisi dengan madu buatan pelaku," kata Kapolresta Tangerang Komisaris Besar Irman Sugema di Kabupaten Tangerang, Kamis (2/7/2015).

Ketiga pelaku ditangkap di tempat berbeda tetapi masih dalam satu kawasan, yakni di Desa Selapajang, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang. Dari ketiga pelaku, polisi mengamankan barang bukti yang cukup banyak di tempat AB dan SS.

Di tempat AB, selain ditemukan botol berisi madu, juga ada beberapa bahan yang diduga ikut diracik untuk menghasilkan madu palsu, di antaranya patra wali (sejenis jamu), esen madu warna putih, serta sejumlah buku tulis catatan penjualan dan buku catatan kecil.

Sementara di tempat SS ditemukan kompor, gayung, ember, panci, baskom, alat pengaduk, centong, timbangan, dan puluhan bungkus Citric Acid Cap Gajah.

Semua bahan racikan termasuk madu jadi tersebut tidak memiliki izin edar. Dalam kurun waktu seminggu, para pelaku bisa memproduksi sekitar 1.000 botol.

Mereka juga sudah menjual madu selama dua setengah tahun terakhir. Bersama dengan barang bukti botol berisi madu, turut diamankan sejumlah pakaian khas suku Baduy yang digunakan pelaku.

"Dengan pakai baju itu, pelaku yang mengedarkan madu di wilayah Tangerang dan sekitarnya berusaha meyakinkan konsumen yang mereka temui kalau madu mereka berkhasiat dan asli Baduy," kata Irman.

Ketiga pelaku dikenakan Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 142 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com