"Barang ori dibuat menggunakan mesin sehingga ukurannya sempurna. Alur jahitan dibuat sangat teliti. Kalau barang KW dibuat manual, jadi peluang kesalahannya besar," tutur Fay (28), pedagang sepatu.
Fay menunjukkan sepasang sepatu lari mirip Air Force 1 Nike. Warna sepatunya perpaduan biru muda dan abu-abu dengan logo Nike berwarna putih. Sekilas, sepatu itu kelihatan seperti asli. Tetapi, bila diperhatikan, permukaan telapak sepatu itu kasar dan keras. Padahal, permukaan telapak Air Force 1 Nike asli empuk dan nyaman.
Bahan sepatunya pun berbeda. Sepatu ori terbuat kulit asli yang lembut. Kalau sepatu aspal, bahannya bukan kulit asli.
Jika sepatu asli di mal seharga Rp 500.000 atau lebih per pasang, versi KW di Tampur Rp 150.000 per pasang. Dalam sehari, Fay dan adiknya, Airil (20), menjual 200 pasang sepatu olahraga KW itu.
Meski kebanyakan sepatu yang dijual di kiosnya adalah barang KW, Fay juga menjual sepatu ori. Harganya Rp 1,5 juta-Rp 2,5 juta per pasang. Sepatu ori buatan Vietnam tidak dipajang di kios, melainkan disimpan di tempat khusus. "Hanya kalangan tertentu saja yang mau membeli sepatu ori. Masyarakat biasa cukup puas beli barang KW karena harganya terjangkau," kata pria yang meneruskan usaha dagang orangtuanya itu.
Memang sudah jadi pengetahuan umum bahwa sepatu dan sandal yang dijual di Taman Puring kebanyakan adalah barang reject dan barang aspal. Ada juga barang second hand atau bekas pakai. Ini tidak hanya berlaku untuk produk alas kaki, tetapi juga untuk pakaian, khususnya kaus jersey atau kostum grup sepak bola, kacamata, jaket, dan tas. Diperlukan ketelitian tingkat tinggi untuk membedakan barang yang dibeli asli atau aspal.
"Beli sepatu dan pakaian di sini memang tak bisa buru-buru. Harus teliti mengamati. Kalau dapat yang pas, rasanya puas," kata Alihamda (17), pelajar SMA. Bersama teman-teman sekolahnya, Alihamda kerap menghabiskan akhir pekan untuk berburu barang-barang kesukaan mereka.
Enzen menuturkan, ada kesepakatan tak tertulis di antara pedagang Pasar Taman Puring untuk menyampaikan kualitas sepatu yang mereka jual secara jujur kepada pembeli. "Kalau barang aspal ya harus disampaikan aspal. Kami tidak mau pembeli protes di kemudian hari," katanya. (Denty Piawai Nastitie)
_________________________
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Juli 2015, di halaman 27 dengan judul "Jual Sepatu Murah, Bukan Murahan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.