Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Depok: Petahana Tak Mengesankan Versus Penantang Tak Meyakinkan

Kompas.com - 01/08/2015, 09:25 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Dua pasangan calon telah ditetapkan maju dalam pemilihan kepala daerah Kota Depok 2015. Kedua pasangan itu adalah Dimas Oky Nugroho-Babai Suhaimi dan Idris Abdul Somad-Pradi Supriyatna.

Pasangan Dimas-Babai diusung oleh koalisi yang berisikan PDI Perjuangan, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Nasdem. Sementara itu pasangan Idris-Pradi didukung secara resmi oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.

Pakar Psikologi Politik Hamdi Moeloek melihat dua pasang calon yang maju mewakili dua kubu yang saling berseberangan. Ia menilai pasangan Idris-Pradi adalah pasangan yang mewakili kubu petahana, sedangkan Dimas-Babai sebagai kubu penantang yang menawarkan perubahan.

"Jadi meskipun Pak Nur Mahmudi (wali kota saat ini) tidak maju lagi (karena sudah menjabat dua periode), saya melihat majunya Pak Idris masih merepresentasikan kubu petahana karena Pak Idris kan wakil wali kota yang sekarang," ujar Hamdi kepada Kompas.com, Jumat (31/7/2015).

Hamdi sendiri melihat label petahana yang melekat pada Idris-Pradi sebenarnya kurang begitu menguntungkan. Hal itu karena ia menilai pemerintahan Nur Mahmudi tergolong pemerintahan yang gagal mengelola Depok.

"Tidak ada kemajuan di Depok. Tidak ada prestasi yang mengesankan. Kotanya macet, ruang-ruang untuk publiknya tidak ada. Tidak ada alun-alun, taman, ataupun sarana olahraga. Tadinya saya berharap terminal yang digusur mau dijadikan alun-alun, tapi ternyata malah jadi hotel," ujar Hamdi yang memang tercatat sebagai warga Depok.

Akan tetapi, guru besar dari Universitas Indonesia ini menilai buruknya citra petahana tidak serta merta menjadi keuntungan bagi kubu penantang. Karena ia melihat Dimas sebagai figur yang kurang meyakinkan.

Hamdi menganggap meskipun masih muda citra Dimas belum bisa disamakan dengan citra para kepala daerah dari kalangan muda, seperti Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, ataupun Presiden Joko Widodo saat dulu masih menjadi Wali Kota Solo.

Hamdi mengatakan Dimas memiliki rekam jejak yang tidak meyakinkan karena belum ada pengalaman dan prestasi apa-apa dalam pengelolaan pemerintahan. Apalagi, kata dia, publik belum pernah mendengar Dimas mengeluarkan gagasan-gagasan tentang pengelolaan kota.

"Dia cuma pengamat. Tetapi kalau dilihat, kapasitasnya sebagai pengamat juga belum sekaliber Burhanuddin Muhtadi, Hanta Yudha, atau misalnya Yunanto Wijaya," ujar Hamdi.

Ia pun mengaku heran dengan keputusan PDI Perjuangan yang mengusung Dimas. Hamdi melihat pengusungan Dimas sebagai sesuatu yang dinilainya "nanggung". Hamdi menilai PDI Perjuangan tidak memiliki basis massa yang kuat di Depok.

Oleh karena itu ia berpendapat, bila ingin sukses di Pilkada Depok 2015, partai berlambang banteng moncong putih itu mengusung calon yang memiliki ketokohan yang kuat.

"Basis PKS kuat. Ditambah dukungan dari Gerindra. Sedangkan basis massa PDI-P kurang. Tapi calon yang mereka usung tidak istimewa," ucap Hamdi.

Atas dasar itu, Hamdi menilai dua pasang calon yang maju di Pilkada Depok 2015 sebenarnya bukanlah pasangan ideal yang sesuai dengan ekspektasi publik. "Saya kira orang Depok yang lain kalau ditanya juga jawabannya sama," ujar dia.

Ia pun memprediksi Idris-Pradi akan melenggang dengan mudah untuk memenangkan Pilkada Depok 2015.

Hal itu disebabkan basis massa pendukungnya yang kuat, sementara di sisi lain, warga Depok yang menginginkan perubahan tidak melihat Dimas sebagai figur yang mampu merealisasikan harapan tersebut.

"Bukan tidak mungkin nanti angka golputnya tinggi," pungkas Hamdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Hanguskan Beberapa Rumah di Jalan KS Tubun Slipi

Kebakaran Hanguskan Beberapa Rumah di Jalan KS Tubun Slipi

Megapolitan
Polda Metro Kerahkan 197 Personel Amankan Paskah di Gereja Katedral Jakarta dan GPIB Imanuel

Polda Metro Kerahkan 197 Personel Amankan Paskah di Gereja Katedral Jakarta dan GPIB Imanuel

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pemilik Truk dan Orangtua Sopir yang Sebabkan Kecelakaan di GT Halim

Polisi Bakal Periksa Pemilik Truk dan Orangtua Sopir yang Sebabkan Kecelakaan di GT Halim

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Tangerang Selatan, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Tangerang Selatan, 29 Maret 2024

Megapolitan
Baznas RI Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, 102 Sekolah Ambil Bagian

Baznas RI Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, 102 Sekolah Ambil Bagian

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Tangerang, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Tangerang, 29 Maret 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Hunian untuk Polisi dan PNS Polri, Lokasinya di Pondok Kelapa

Pemprov DKI Siapkan Hunian untuk Polisi dan PNS Polri, Lokasinya di Pondok Kelapa

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Bogor, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Bogor, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Bekasi, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Bekasi, 29 Maret 2024

Megapolitan
Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Warga Cibitung Kena Tipu Rp 40 Juta

Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Warga Cibitung Kena Tipu Rp 40 Juta

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Depok, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Kota Depok, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di DKI Jakarta, 29 Maret 2024

Megapolitan
Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Akseyna, BEM UI Akan Bersurat ke Rektor UI dan Polres Depok

Megapolitan
Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com