Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Membalik Mitos Narkoba

Kompas.com - 03/08/2015, 21:30 WIB

KOMPAS - Tidak sedikit orang beranggapan bahwa kehidupan seniman dekat dengan narkoba. Ini karena ada mitos bahwa narkoba mampu memacu kreativitas. Namun, para seniman di Bekasi, Jawa Barat, merasa risih. Mereka pun ingin membantah dan membalik anggapan yang keliru itu.

Kegelisahan para seniman itu didiskusikan dan dicarikan solusinya pada Sabtu (1/8) siang di sebuah warung makan di Cikarang Barat, Bekasi. Puluhan seniman berbagai bidang seni, baik tua maupun muda, berkumpul dalam suasana santai. Tidak hanya seniman, ada pula tokoh masyarakat, ulama, dan perwakilan komunitas hobi.

Acara para seniman itu semula berlangsung seperti layaknya rapat atau seminar yang diselenggarakan instansi pemerintah. Namun, kekakuan itu mulai cair ketika kelompok musik Marjinal membawakan beberapa lagu bertema sosial. Selain itu, ada pula seniman Bekasi, Kong Guntur, yang membuat hadirin tertawa dengan pantun-pantunnya yang kocak.

Lalu, puncaknya adalah paparan dari Kepala Subdirektorat Lingkungan Kerja dan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Dik Dik Kusnadi. "Mengapa harus bertemu seniman? Karena seniman yang paling banyak ditonton masyarakat. Mereka efektif menjadi corong untuk mengampanyekan semangat anti narkoba," kata Dik Dik.

Dalam forum itu, Dik Dik memaparkan berbagai jenis narkoba yang beredar di masyarakat. Alat-alat untuk mengonsumsi narkoba pun ditunjukkan, seperti bong untuk menghisap sabu. Melalui paparan itu, Dik Dik berharap para seniman meneruskan pengetahuan itu kepada para penonton. Dengan pengetahuan tentang narkoba yang mumpuni, masyarakat dapat lebih cermat mengawasi lingkungannya.

Dik Dik menilai, para seniman memiliki kelebihan yang tidak dimiliki kalangan lain, yaitu mampu membuka ruang dialog yang luwes dengan masyarakat. Kelebihan itu akan dimanfaatkan untuk mendorong para pencandu narkoba untuk melaporkan diri. "Ini yang sulit, para pencandu takut dipidana ketika melapor. Padahal, tidak demikian. Saya pikir, pencandu itu disuruh melapor oleh seniman, mereka tidak takut," katanya.

Upaya mengajak para pencandu narkoba untuk melapor merupakan bagian dari program dari BNN untuk merehabilitasi 100.000 pencandu pada tahun ini. Kendala terbesar dari program ini adalah para pencandu cenderung bersembunyi sehingga pada akhirnya justru ditangkap polisi. Padahal, mereka tidak akan dipidana apabila melapor sejak dini dan meminta untuk direhabilitasi.

Inisiatif seniman

Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi Iswandi Ichsan mengatakan, acara ini merupakan inisiatif para seniman di Bekasi. Para seniman ini beranggapan bahwa panggung-panggung yang mereka miliki sebenarnya memiliki manfaat lebih, salah satunya untuk kampanye anti narkoba.

"Di Bekasi ini saja, ada sekitar 150 pementasan yang diisi para seniman selama bulan Agustus ini," kata Iswandi. Setiap pementasan musik atau pertunjukan topeng, setidaknya mampu menyedot perhatian sekitar 200 penonton. Di Bekasi total terdapat sekitar 400 grup kesenian yang terdaftar dalam Dewan Kesenian Bekasi.

Ketika berada di atas panggung itulah, seniman di Bekasi ini mulai menjalankan misi baru, yaitu menyisipkan pesan anti narkoba. Iswandi yakin, pesan-pesan itu akan dicerna masyarakat dengan lebih baik karena masyarakat mendengar pesan-pesan itu sambil tertawa atau sambil menikmati musik.

Iswandi mengakui memang ada segelintir oknum seniman di Bekasi yang terjerat narkoba. Namun, bukan narkoba dengan harga mahal, seperti sabu atau heroin, yang dikonsumsi seniman lokal itu, melainkan minuman oplosan. "Biasanya seniman tradisional dibayar paling banyak Rp 100.000 sekali pentas. Uang mereka terbatas. Namun, seniman yang suka minum-minum seperti itu sudah sedikit, kok," katanya.

Karena itu, misi baru ini juga tidak mudah dilakukan. Para seniman ini harus disiplin mengubah diri sendiri untuk menjauhi narkoba, kemudian baru mengajak orang lain. (HERPIN DEWANTO)

_________________________________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Agustus 2015, di halaman 3 dengan judul "Seniman Membalik Mitos Narkoba".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com