Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat Ganti Rugi Pembebasan Lahan KA Bandara Sempat Memanas

Kompas.com - 04/08/2015, 18:06 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Suasana di lantai dua Kantor Kelurahan Suka Asih, Tangerang, diramaikan dengan puluhan warga Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Tangerang, Selasa (4/8/2015) siang. Warga berkumpul untuk memenuhi undangan dari tim pembebasan lahan untuk pembangunan jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta yang akan menjelaskan penetapan nilai dan tata cara pembayaran ganti rugi tersebut.

Pantauan Kompas.com, warga sudah ramai di halaman Kantor Kelurahan Suka Asih sejak pukul 13.30 WIB. Adapun jadwal pertemuan adalah pukul 14.00 WIB. Sejumlah warga memperbincangkan berapa nilai ganti rugi yang akan mereka dapatkan nantinya.

Acara baru dimulai sekitar pukul 15.00 WIB. Beberapa perwakilan dari tim pembebasan lahan, baik dari Badan Pertanahan Nasional dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero memberikan penjelasan terkait poin-poin apa saja yang dikategorikan sebagai kerugian warga.

Kerugian yang dialami warga dibagi menjadi dua macam, yakni kerugian fisik dan non fisik. Kerugian fisik mencakup semua bagian dari lahan maupun bangunan yang dimiliki warga. Sedangkan kerugian non fisik lebih kepada dampak dari pembebasan lahan tersebut, seperti ikut hilangnya lapangan pekerjaan warga atau harus sampai menutup usahanya sendiri bagi yang mempunyai warung kelontong, dan sebagainya.

Setelah dijelaskan panjang lebar, warga diberi sesi tanya-jawab. Pada momen tersebut, sejumlah warga meminta agar tim pembebasan lahan tidak pilih kasih dalam menetapkan nilai lahan yang dibebaskan. Bahkan, ada yang sampai emosi karena mengaku kehilangan sekolah miliknya.

"Saya ini kepala yayasan di Poris Plawad. Saya sarjana pendidikan, S.Pd. Kalau memang ini lahan buat masyarakat, pendidikan kan buat masyarakat juga. Mau ke mana nanti anak-anak? Kasihan mereka bisa putus sekolah," kata seorang bapak dengan nada meninggi di depan tim pembebasan lahan.

Suara bapak tersebut memancing emosi dari warga lainnya yang berada di barisan paling belakang. Sejumlah warga pun ikut berteriak dan bapak yang berbicara itu semakin meninggikan nada bicaranya.

"Jangan main-main loh, Pak. Saya bukan atas nama pribadi, tapi atas nama masyarakat, betul?" tanya bapak itu yang diikuti oleh sorakan warga lainnya.

Menanggapi reaksi seperti itu, perwakilan tim pembebasan lahan berusaha menjelaskan aturan yang berlaku. Harga lahan warga yang ditetapkan nantinya berbeda-beda. Ada tim penilai untuk menentukan appraisal atau hasil penilai dari kantor jasa penilai publik (KJPP) yang bekerja sama dengan tim pembebasan lahan untuk menilai berapa harga yang pantas untuk setiap bidang lahan warga yang dibebaskan.

"Kita berpatokan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 di mana harga ditentukan oleh tim penilai. Jika masyarakat keberatan, bisa mengajukan keberatannya ke kami," kata Tim Pendamping Pembebasan Lahan PT KAI Lubis di lokasi.

Setelah memberikan pemaparan dari pertemuan tersebut, para pemilik lahan di Kelurahan Tanah Tinggi diberi amplop yang berisi appraisal dari tim penilai. Masyarakat diberi waktu selama 14 hari kerja untuk mempelajari dokumen tersebut. Jika harga yang ditentukan sudah sesuai, mereka diminta melapor ke tim pembebasan lahan melalui pihak Kelurahan Tanah Tinggi dan lahannya akan langsung dibayar. Namun jika masih ada keberatan, mereka hanya diberi waktu 14 hari untuk melapor.

Sejumlah warga mengaku belum berani membuka amplop tersebut. Mereka mau membuka ketika sudah ada di rumah. "Lihatnya nanti saja deh, takut kecewa saya," ujar Rima (46), warga RT 01 RW 02 Tanah Tinggi.

Rencana pembebasan lahan untuk membangun jalur kereta api ke Bandara Soekarno-Hatta ini sudah berlangsung sejak tahun 2014. Ada total 815 bidang yang dibebaskan, mencakup delapan kelurahan dari lima kecamatan. Bidang lahan terbanyak yang dibebaskan sendiri berada di Kelurahan Tanah Tinggi.

Untuk proses pembayaran ganti rugi, tim pembebasan lahan telah bekerja sama dengan sejumlah bank, seperti BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri. Warga akan dimudahkan untuk membuka rekening, bagi yang belum punya rekening keempat bank tersebut, dan uang ganti rugi akan langsung ditransfer usai ada kesepakatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Logo Pemprov DKI di Poster Duet Budisatrio-Kaesang, Heru Budi: Saya Tanya Biro Hukum

Ada Logo Pemprov DKI di Poster Duet Budisatrio-Kaesang, Heru Budi: Saya Tanya Biro Hukum

Megapolitan
Bocah Tewas Jatuh dari Jembatan, Jasa Marga Minta Warga Tak Main di Area JPO dan Tol

Bocah Tewas Jatuh dari Jembatan, Jasa Marga Minta Warga Tak Main di Area JPO dan Tol

Megapolitan
Jasa Marga Sebut Kawat Berlubang di JPO Jatiasih Sudah Pernah Diperbaiki, tapi Rusak Lagi

Jasa Marga Sebut Kawat Berlubang di JPO Jatiasih Sudah Pernah Diperbaiki, tapi Rusak Lagi

Megapolitan
Pedagang di Matraman Takut Palsukan Pelat Kendaraan: Yang Penting Sama dengan STNK

Pedagang di Matraman Takut Palsukan Pelat Kendaraan: Yang Penting Sama dengan STNK

Megapolitan
Aji Jaya, Wajah Baru di Pilkada Bogor yang Punya 5 Kartu Sakti

Aji Jaya, Wajah Baru di Pilkada Bogor yang Punya 5 Kartu Sakti

Megapolitan
Sebelum Cabuli Anaknya, R Sempat Diminta Buat Video Mesum dengan Suaminya

Sebelum Cabuli Anaknya, R Sempat Diminta Buat Video Mesum dengan Suaminya

Megapolitan
Fakta Ibu Cabuli Anak Kandung di Tangsel: Mengaku Disuruh Seseorang dan Takut Fotonya Tanpa Busana Disebar

Fakta Ibu Cabuli Anak Kandung di Tangsel: Mengaku Disuruh Seseorang dan Takut Fotonya Tanpa Busana Disebar

Megapolitan
Kemenkes Tanggung Anggaran Revitalisasi 3 RS Besar di Jakarta, Heru Budi: Pemprov DKI 'Back-up' Perizinan

Kemenkes Tanggung Anggaran Revitalisasi 3 RS Besar di Jakarta, Heru Budi: Pemprov DKI "Back-up" Perizinan

Megapolitan
Heru Budi Bantah Kabar Pemprov DKI Bakal Bongkar Tiang Monorel di Rasuna Said

Heru Budi Bantah Kabar Pemprov DKI Bakal Bongkar Tiang Monorel di Rasuna Said

Megapolitan
Warga: Petugas Jasa Marga Tak Pernah Mengecek Kondisi JPO yang Berlubang di Jatiasih

Warga: Petugas Jasa Marga Tak Pernah Mengecek Kondisi JPO yang Berlubang di Jatiasih

Megapolitan
Jumlah Pemilih di Pilkada Kota Bogor Bertambah, KPU Mutakhirkan Data

Jumlah Pemilih di Pilkada Kota Bogor Bertambah, KPU Mutakhirkan Data

Megapolitan
Bocah Jatuh dari JPO ke Tol JORR Cikunir, Korban Diduga Pemburu Klakson “Telolet”

Bocah Jatuh dari JPO ke Tol JORR Cikunir, Korban Diduga Pemburu Klakson “Telolet”

Megapolitan
Kemenkes Bakal Revitalisasi Tiga Rumah Sakit Besar di Jakarta agar Terintegrasi Ruang Publik

Kemenkes Bakal Revitalisasi Tiga Rumah Sakit Besar di Jakarta agar Terintegrasi Ruang Publik

Megapolitan
Aji Jaya Bintara Siap Maju pada Pilkada Bogor, Akui Dapat Restu Prabowo

Aji Jaya Bintara Siap Maju pada Pilkada Bogor, Akui Dapat Restu Prabowo

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anak di Tangsel Dijerat Pasal Berlapis

Ibu yang Cabuli Anak di Tangsel Dijerat Pasal Berlapis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com