Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/08/2015, 15:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Warga Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, terus bertahan. Gaya teknokrasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang kaku ditanggapi dingin. Warga di bantaran Kali Ciliwung ini bergeming, mempertahan-kan hak mereka dari proyek normalisasi kali.

Kami ingin musyawarah karena kami tinggal di Kampung Pulo sudah turun-temurun," ujar Holili, Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan Kampung Melayu, Senin (10/8).

Menurut Holili, sejak sosialisasi terakhir terkait rencana relokasi warga pada 5 Juni lalu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta hanya berbicara satu arah kepada warga. Seperti diberitakan Kompas pada 6 Juni, pertemuan sosialisasi itu berakhir tanpa kesepakatan.

Alih-alih diberikan pilihan, warga hanya diberi jadwal mendaftar untuk mendapatkan unit tempat tinggal di Rumah Susun Sederhana Jatinegara.

Warga tetap menuntut ada perhitungan ganti rugi atas rumah dan tanah mereka di kampung yang selalu terkena banjir luapan Kali Ciliwung tersebut. Mereka berpegang pada janji Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada 2013 bahwa pemerintah akan memberikan ganti rugi yang layak atas tanah warga Kampung Pulo.

Namun, kini Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berpegang pada keputusannya bahwa tidak ada pembayaran ganti rugi bagi warga Kampung Pulo. Gubernur beralasan, sebagian besar warga Kampung Pulo tinggal di atas lahan negara.

Basuki menegaskan, tidak ada lagi perundingan dan relokasi akan dilangsungkan akhir Agustus ini (Kompas, 7/8).

Berpuluh tahun

Dalam perjalanannya, kampung urban di bantaran Kali Ciliwung ini sudah ada sejak berpuluh tahun lalu, seiring dengan perkembangan Pasar Jatinegara.

Tak sedikit warga di Kampung Pulo bekerja sebagai kuli panggul, pelayan toko, atau pedagang di Pasar Jatinegara. Mereka hidup turun-temurun di sana.

Eka (58), misalnya, membagi rumahnya menjadi dua bagian dan memberikan separuhnya untuk ditinggali anak bungsunya. Nenek 10 cucu ini mengaku sudah sejak lahir tinggal di Kampung Pulo dan berdagang buah di Pasar Jatinegara.

Sayid Soleh (57), warga yang menjadi generasi keempat ahli waris lahan 600 meter persegi di Kampung Pulo, juga mengharapkan keadilan dari pemerintah.

Guru majelis taklim di Kampung Pulo itu menuturkan, dirinya pernah mengurus tanah warisannya untuk peningkatan status kepemilikan menjadi sertifikat hak milik (SHM) pada 1994.

"Saya ajukan tanah saya sendiri. Tanah saya yang dibeli dua orang tetangga juga saya ajukan ke kecamatan supaya dibuatkan sertifikat," katanya.

Namun, SHM yang dikeluarkan hanya untuk tanah yang telah dibeli dua tetangganya itu. Tanahnya sendiri tak memperoleh sertifikat. "Kata petugas kecamatan, tanah saya terlalu luas sehingga tidak bisa dibuatkan sertifikat. Saya tak mengerti mengapa begitu," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

KPU Jakarta Barat Izinkan Pendamping Tuntun 14.041 Penyandang Disabilitas Saat Pemilu

KPU Jakarta Barat Izinkan Pendamping Tuntun 14.041 Penyandang Disabilitas Saat Pemilu

Megapolitan
Diminta Teken Surat Larangan Bahas Politik, Butet Kertaredjasa: Apa Itu Bukan Pembungkaman?

Diminta Teken Surat Larangan Bahas Politik, Butet Kertaredjasa: Apa Itu Bukan Pembungkaman?

Megapolitan
Heru Budi dan Bawaslu Saling Tunjuk soal Ketegasan Larangan Kampanye di Area CFD

Heru Budi dan Bawaslu Saling Tunjuk soal Ketegasan Larangan Kampanye di Area CFD

Megapolitan
Begini Isi Surat Pernyataan yang Ditandatangani Butet Kertaredjasa terkait Pentas Teaternya

Begini Isi Surat Pernyataan yang Ditandatangani Butet Kertaredjasa terkait Pentas Teaternya

Megapolitan
Polisi Bantah Kasus Sopir Truk yang Dikeroyok Buruh Berakhir Damai

Polisi Bantah Kasus Sopir Truk yang Dikeroyok Buruh Berakhir Damai

Megapolitan
Satu dari Tiga Pelaku Pemukul Pemuda Disabilitas di Cakung Mantan Residivis

Satu dari Tiga Pelaku Pemukul Pemuda Disabilitas di Cakung Mantan Residivis

Megapolitan
Bawaslu DKI Bakal Panggil Gibran Rakabuming Terkait Bagi-bagi Susu di CFD Jakarta

Bawaslu DKI Bakal Panggil Gibran Rakabuming Terkait Bagi-bagi Susu di CFD Jakarta

Megapolitan
'Walau Jakarta Bukan Ibu Kota Lagi, Bukan Berarti Warganya Enggak Boleh Memilih'

"Walau Jakarta Bukan Ibu Kota Lagi, Bukan Berarti Warganya Enggak Boleh Memilih"

Megapolitan
4 Bocah Ditemukan Tewas di Jagakarsa, Polisi: Pelakunya Diduga Orangtuanya Sendiri

4 Bocah Ditemukan Tewas di Jagakarsa, Polisi: Pelakunya Diduga Orangtuanya Sendiri

Megapolitan
Berencana Terapkan Sistem Satu Arah di Pamulang dan Pondok Aren, Dishub Tangsel Siapkan Jalur Alternatif

Berencana Terapkan Sistem Satu Arah di Pamulang dan Pondok Aren, Dishub Tangsel Siapkan Jalur Alternatif

Megapolitan
Ketua RW di Pondok Pinang Takut Kebanjiran Usai Saluran Air Jalan RA Kartini Diperbaiki

Ketua RW di Pondok Pinang Takut Kebanjiran Usai Saluran Air Jalan RA Kartini Diperbaiki

Megapolitan
Perampokan Minimarket di Bekasi, Warga: Polisi Jarang Patroli

Perampokan Minimarket di Bekasi, Warga: Polisi Jarang Patroli

Megapolitan
Pengamen di Cakung Pukul Pemuda Disabilitas karena Kesal Tak Diberi Uang

Pengamen di Cakung Pukul Pemuda Disabilitas karena Kesal Tak Diberi Uang

Megapolitan
Pengamat: Mestinya Oknum yang Disebut Aiman Diperiksa atau Melapor

Pengamat: Mestinya Oknum yang Disebut Aiman Diperiksa atau Melapor

Megapolitan
Minimarket di Bekasi Dirampok Komplotan Bersenjata, Warga Takut Jadi Korban

Minimarket di Bekasi Dirampok Komplotan Bersenjata, Warga Takut Jadi Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com