Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simulasi, Pilkada Depok Rusuh

Kompas.com - 13/08/2015, 10:56 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Depok rusuh. Ratusan orang berunjuk rasa di depan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Depok untuk meminta pemilihan ulang.

Awalnya, massa berunjuk rasa dengan damai. Namun, tak lama berselang, massa mencoba memprovokasi dengan melempar tomat dan air mineral ke arah pasukan polisi yang tengah berjaga.

Polisi langsung membuat penjagaan dengan membentuk barisan ke belakang. Polisi berjumlah kurang dari 100 tersebut dilengkapi tameng dan pentungan kayu.

Dari kejauhan lima kuda asal Belanda yang ditunggangi polisi langsung membubarkan massa. Kelima kuda berwarna cokelat tersebut memecah massa hingga lari tunggang langgang.

Meskipun sudah dalam keadaan terdesak, massa kembali mengarah ke kantor KPUD Depok. Usaha mereka ternyata sudah diketahui polisi yang langsung menurunkan sepuluh anjing dari Unit K-9 Polda Metro Jaya.

Kedelapan anjing tersebut sengaja diturunkan untuk menakuti pengunjuk rasa. Tak disangka, aksi bakar ban pun dari kerumunan pengunjuk rasa terlihat.

Polisi berkali-kali memperingatkan untuk menghentikan aksi ricuh tersebut. Mereka tak mengindahkan imbauan dari polisi.

Satu mobil water canon yang disiagakan di balik pasukan polisi pun menyemburkan air ke arah massa. Mereka akhirnya dipukul mundur, hingga beberapa puluh meter ke belakang.

Tak lama berselang, aksi massa tambah beringas dan langsung menghadiahi polisi dengan lemparan sayur dan air. Pasukan polisi berganti. Kini pasukan tersebut lebih siap dengan tameng hitam menutupi seluruh badan.

Pengunjuk rasa kemudian mencoba provokasi dengan menendang dan memukul tameng polisi. Bahkan, tak sedikit massa yang berusaha naik ke mobil water canon. Mereka mencoba membuat water canon ke belakang.

Kejadian tersebut berlangsung lama hingga 30 menit. Hingga akhirnya massa benar-benar dipukul mundur dan beberapa provokator kerusuhan Pilkada Depok ditangkap.

Setelah situasi di KPUD Depok kondusif, kemudian kerusuhan merembet hingga pusat perbelanjaan di Depok. Aksi penjarahan dan pembakaran tak terelakan.

Polisi langsung menurunkan pasukan pengurai massa dengan senjata laras panjang lengkap. Dua tembakan peringatan dilakukan dengan sudut 45 derajat. Namun, peringatan tersebut tak membuat mereka jera. Bahkan ada dua pengunjuk rasa yang mengacungkan senjata tajam ke arah polisi.

Akhirnya sesuai dengan protap, polisi menembak pengunjuk rasa tersebut di bagian kaki. Keduanya langsung lumpuh di tempat. Mereka diamankan ke kantor polisi terdekat untuk dimintai keterangan dan menpertanggungjawabkan perbuatannya. Sementara itu, usai penembakan, massa membubarkan diri.

Asisten Operasi Kapolri Inspektur Jenderal Unggung Cahyono mengatakan, peristiwa tersebut merupakan simulasi pengamanan Pilkada di Depok. Simulasi ini sekaligus percontohan pengamanan bagi seluruh wilayah yang mengadakan pilkada.

"Simulasi ini untuk memperjelas para Kapolres nanti siapa yang turun tangan. Jadi di lapangan anggota jelas akan berbuat apa," kata Unggung di Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Simulasi pengamanan Pilkada ini dimulai dari tahap perencanaan hingga langkah-langkah rancangan jika terjadi kerusuhan saat masa Pilkada. Acara ini dihadiri seluruh Kepala Polres, Kepala Biro Operasi Polda dan Kepala Satuan Brimob Polda se-Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com