Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembongkaran Sekolah Master dan Ingkar Janji Pemkot Depok

Kompas.com - 05/09/2015, 11:28 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Sekolah Master yang terkenal sebagai tempat menuntut ilmu bagi anak marginal di Jalan Raya Margonda, Depok, Jawa Barat, digusur. Penggusuran itu terkait rencana Pemerintah Kota Depok memulai tahapan pembangunan Terminal Terpadu Margonda Raya.

Sebanyak 12 kelas, dari total 25 kelas yang dimiliki Sekolah Master (akronim dari Masjid Terminal), telah dibongkar dalam penggusuran yang terjadi mulai Sabtu (29/8/2015) lalu.

Penggusuran terhadap 12 kelas Sekolah Master di lahan 2.000 meter persegi milik Pemkot Depok tersebut tanpa adanya kompensasi berupa penggantian kelas baru bagi anak-anak tak mampu. Padahal, penggusuran ini telah melanggar kesepakatan yang telah dibuat baik oleh Pemerintah Kota Depok maupun pengembang Terminal Terpadu tersebut.

Pendiri dan Pembina Sekolah Master, Nurrohim, mengatakan, dalam notula rapat yang dihadiri oleh Asisten Tata Praja, Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, Kepala Bagian Humas dan Protokol Kota Depok, PT Andyka Investa, dan Yayasan Bina Insan Mandiri (Sekolah Master) pada Januari 2015, menghasilkan empat kesepakatan.

Pada intinya, terdapat kesepakatan tidak ada penggusuran sampai tersedia kelas baru di dalam yayasan. Sekolah Master juga meminta kepada Pemerintah Kota Depok untuk membantu pengadaan dan pemasangan kelas kontainer sesuai dengan gambar yang mereka ajukan, dan pengembang akan memfasilitasi.

"Mereka telah sepakat dalam notulen rapat bahwa ada kelas-kelas baru didirikan di dalam lahan Master. Tetapi, ternyata mereka ingkar janji," kata Nurrohim di Sekolah Master kepada Kompas.com, Sabtu (5/9/2015).

Pemkot Depok sempat mengerahkan Satpol PP dan alat berat untuk meratakan bangunan pada pekan lalu. Namun, akhirnya yang membongkar adalah karyawan pengembang. Tetapi, beberapa hari kemudian, Sekolah Master mengambil alih pembongkarannya sendiri karena khawatir material bangunan yang bisa dipakai rusak.

Dampak pembangunan itu telah membuat siswa-siswi Sekolah Master kekurangan ruangan kelas. Sebab, mereka hanya memakai 13 kelas yang tersisa untuk belajar. Padahal, Sekolah Master memiliki banyak siswa. Untuk siswa TK ada 120 orang, SD 450 orang, SMP 380 orang, dan SMA 680 orang.

"Belum ditambah yang informal. Jadi kalau ditotal sekitar 2.500 siswa," ujar Nurrohim.

(Baca: Wali Kota Depok Jamin Sekolah Master Tidak Akan Digusur)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com