Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Laporan di Qlue Soal KJP Ditahan Guru, Camat Cakung Cek SMK Nurul Huda

Kompas.com - 10/09/2015, 19:08 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Camat Cakung Alamsah dan Kepala Seksi Pendidikan Kecamatan Cakung mendatangi SMK Nurul Huda untuk menindaklanjuti laporan adanya Kartu Jakarta Pintar yang ditahan guru di sekolah tersebut, Kamis (10/9/2015).

Akun "utielueyellpw" melaporkan melalui aplikasi Qlue tentang hal itu. Di dalam laporannya disebut KJP itu ditahan karena ada guru yang mau mengambil uang sebesar Rp 100.000 untuk uang jalan.

"Di SMK Nurul Huda Jakarta Timur, setelah murid menandatangani buku tabungan, kartu atm dan buku tabungan langsung diambil guru. Dengan alasan mau diambil 100ribu untuk uang jalan. saat atm diminta murid, guru bilang uangnya ga bisa ditarik. ya karena memang ga bisa ditarik tunai. sampai saat ini, kartu atm beserta buku tabungan masih disimpan guru tersebut. murid jadi tidak dapat menggunakan dana KJP untuk kebutuhan sekolahnya. mohon ditindak lanjuti dan dikonfirmasi." Demikian laporan tersebut.

Namun Alamsah dan Anwar gagal bertemu dengan kepala sekolah karena yang bersangkutan sedang mengikuti pengarahan dari Kementerian Agama di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Kasie Pendidikan Kecamatan Cakung, Anwar, mengatakan, untuk menindaklanjuti masalah ini besok siswa penerima KJP di sekolah itu akan dikumpulkan. Pihaknya akan menanyakan langsung kepada sekitar 60 siswa siswi penerima KJP di sekolah tersebut.

"Besok akan kita kumpulkan dan kita beri kuisioner. Nanti kita tanyakan soal KJP ini. Termasuk apakah benar ada pemotongan Rp 100.000 seperti di Qlue itu," kata Anwar kepada Kompas.com, di sekolah tersebut, Kamis sore.

Menurut Anwar, masalah yang saat ini diketahui adalah dari 60 siswa penerima KJP ada dua orang yang belum dapat menggunakan "kartu sakti" tersebut karena kode nomor rekeningnya berbeda. 

Siswa dikumpulkan

"Jadi besok itu, selain menanyakan siswa, kita akan menanyakan guru-guru. Kita kumpulkan dulu nih kedua belah pihak, kita jadi wasitnya kita kasih kuesioner. Nanti kita lihat, benar enggak ada pemotongan (KJP) itu. Guru-gurunya juga ada yang ngaku enggak. Kalau misalnya murid bilang enggak ada, dan guru juga bilang enggak ada, berarti laporan Qlue-nya yang enggak benar," ujar Anwar.

Namun, Anwar mengatakan, pengisian kuesioner bagi siswa kemungkinan akan dilakukan di rumah, bukan di sekolah. Dengan demikian orangtua siswa juga mengetahui jawaban anaknya sehingga sinkron.

"Siswa kita lindungi. Kita jamin enggak ada apa-apa. Kalau ada apa-apa kita tampung mereka di sekolah negeri," ujar Anwar.

Kompas.com mencoba mengkonfirmasi laporan tersebut ke pihak sekolah dengan menunjukkan laporan melalui aplikasi Qlue ke seorang petugas tata usaha SMK Nurul Huda.

Namun pegawai tersebut menolak berkomentar. "Besok datang lagi saja, dengan kepala sekolahnya," ujar pegawai berpakaian baju pramuka tersebut di ruang TU.

Beberapa siswa yang ditanya Kompas.com pun mengaku tidak tahu tentang adanya KJP yang ditahan atau pemotongan sebesar Rp 100.000. Namun beberapa siswa mengaku belum menerima. Yang lain mengaku sedang mengurus KJP atau tidak mendapat KJP karena orangtuanya memiliki KTP non-DKI.

"Saya enggak tahu (adanya pemotongan) itu. Kalau saya sudah dapat KJP dari sebulan lalu," ujar seorang siswi dengan jawaban ragu-ragu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com