Menurut Agus, warga setempat justru dimanusiakan dengan dipindahkan dari bantaran kali ke tempat tinggal yang lebih layak.
"Proses itu bukan penggusuran, tetapi saudara-saudara kita yang tinggal di bantaran sungai yang kumuh itu dimanusiakan. Bahasa Jawa-nya diwongke," kata Agus, di sela meresmikan alat filter air Sungai Ciliwung, di Bidaracina, Jakarta Timur, Senin (14/9/2015).
Agus mengaku telah meninjau Rusun Jatinegara Barat. Menurut Agus, rusun ini bukanlah rusun biasa, melainkan sudah sekelas apartemen. "Lokasinya strategis dan ini di tengah kota, bukan di pelosok kampung," ujar Agus.
Agus mengandaikan, di Jakarta, untuk mendapatkan satu unit apartemen, kocek yang dirogoh tak sedikit. Harganya bisa selangit. "(Apartemen) Harganya bisa Rp 1,5 miliar. Itu pun tiga bulan kemudian baru bisa menempati," ujar Agus.
Namun, sekarang warga Kampung Pulo diberi rusun yang lingkungannya bersih dan dengan harga sewa terjangkau. "Jangan bilang ada sewa. Hanya Rp 300.000. Itu hanya uang keamanan dan kebersihan," ujar Agus.
Agus mengatakan, Rusun Jatinegara Barat juga tidak utuh bermodel lorong seperti di apartemen. Agus melihat bahwa tiap lantai punya ruang selebar 12 meter yang dapat dimanfaatkan anak-anak untuk bermain.
Tiap unit hunian memiliki fasilitas dua kamar, satu ruang tengah yang dapat jadi ruang makan, kamar mandi, dan tempat jemuran. Selain itu, Rusun Jatinegara Barat juga punya ruang terbuka.
Ada halaman luas yang dapat dipakai untuk acara seperti pernikahan, yang dapat berkapasitas 1.000 orang. "Tinggal pesan tenda saja," ujar Agus.
Saat meninjau lantai 16 blok A, Agus bertemu warga bernama Lukman, seorang pekerja servis televisi. Saat tinggal di Kampung Pulo, Lukman tak mau membuat kartu nama, karena pelanggannya tentu akan sulit mencari alamatnya.
"Sekarang dia sudah mau buat kartu nama (buat usaha). Alamatnya nanti jadi di lantai 16, di Jalan Jatinegara Barat," ujar Agus.
Selain di Kampung Pulo, kondisi warga di bantaran Ciliwung di Bidara Cina juga menurutnya memperihatinkan. Sebab dia menemukan seorang pegawai yang bekerja untuk TNI, tetapi tinggal di tempat tinggal yang hanya seukuran 1,5 m x 2 m.
"Anaknya sudah dua, istrinya juga lagi hamil. Saya tanya, dapurnya di mana? Dia bilang enggak punya, jadi jajan langsung di depan," ujar Agus.
Agus berharap, relokasi warga dari bantaran di wilayah lain Sungai Ciliwung, seperti di Bidara Cina tidak disebut lagi penggusuran. Sebab, relokasi warga dari bantaran sungai justru menurutnya memanusiakan warga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.