Seperti SPG pada umumnya, Junita dan lima rekan lainnya harus tetap tersenyum, sekalipun harus berjalan di antara sapi yang sedang memamah biak dengan aroma kotorannya yang menyengat.
"Sudah biasa. Paling adaptasi hari pertama aja. Selanjutnya, tidak terlalu masalah," ujarnya saat ditemui di showroom mobil milik H Doni (50) yang disulap menjadi "mal hewan kurban", di Jalan Akses UI Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Sabtu (19/9/2015) siang.
Doni memang selalu mengubah showroom mobilnya menjadi showroom hewan kurban setiap menjelang hari raya Idul Adha.
Selain Junita, ada lima SPG lain, yakni Mayang (21), Vani (21), Dea (24), Indri (22)m dan Fani (19), yang tampil dandanan serupa. Mereka tak lagi risih dengan kondisi di tempat tersebut. Keenam SPG itu bertugas di tempat itu selama 20 hari sejak tanggal 3 September lalu.
"Mulai kerja pukul 09.00 pagi sampai pukul 09.00 malam. Lama-lama juga terbiasa. Makan di sini, sudah cuek," kata warga Depok tersebut seraya tertawa.
Meski demikian, Junita pernah diledek pacarnya saat bau kotoran sapi masih menempel di tubuhnya. Bau sapi dan kotorannya memang sulit dihilangkan, khususnya dari pakaian dan rambut, setelah ia bekerja selama 12 jam di sekitar ternak.
"Pasti masih nempel baunya, apalagi di rambut. Pacar saya sering ngeledekin, bau sapi," kata perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai petugas administrasi salah satu properti milik Doni.
Teman Junita, Mayang, juga mengalami hal yang sama. Dia merasa tidak canggung lagi ketika harus berurusan dengan sapi selama 20 hari. Padahal, ia biasanya bekerja di ruangan berpendingin di rumah pemotongan hewan Tapos, juga milik Doni.
"Lagian kan kami cuma memandu pembeli, tidak berurusan langsung dengan kondisi sapi. Cuma, kalau bau, ya mau gimana lagi. Namanya juga kandang sapi," ungkapnya.
Teman mereka, Fani, juga pasrah soal bau tak sedap saat ditunjuk menjadi SPG di "mal hewan kurban". "Nggak ngaruh deh kayaknya mau pakai parfum sebanyak apa juga. Tetap aja, kena bau sapi dan kotorannya. Pokoknya, enjoy aja deh," timpalnya.
Meski demikian, keenam SPG tersebut mengaku senang bisa melayani pembeli hewan kurban. Menurut mereka, Doni sendiri yang menunjuk anak buahnya sebagai SPG.
"Syaratnya harus single. Punya pacar, masih dimaklumi. Kalau berkeluarga, enggak boleh. Kasihan suaminya nanti," tambah Fani.
Doni mulai membuka usaha hewan kurban sejak tahun 2006. Sapi-sapi itu merupakan hasil peternakan Doni di luar daerah. "Kami ada peternakan di Lampung, NTB, hingga Probolinggo," ujarnya.
Agar tidak mengecewakan pelanggan, sapi-sapi tersebut juga diasuransikan. Jika ada yang cacat atau meninggal, sapi yang telanjur dibeli akan diganti. Oleh karena itu, pembeli tidak perlu khawatir sapi yang dibeli darinya sakit atau mati.
"Biasanya, H-3 akan dikirimkan ke alamat pembeli. Begitu resmi dibeli, sapi akan dirawat dan dipelihara di showroom. Itu sudah terhitung asuransi. Jadi, kalau cacat atau mati, kami ganti yang baru," kata pengusaha otomotif tersebut.
Berikut foto aktivitas SPG di mal hewan kurban milik H Doni: