Direktur Utama PT KCJ Muhammad Nurul Fadilla menyebutkan, pada setiap tiang tersebut terdapat lampu merah, kuning, dan hijau. Menurut Fadilla, lampu yang akan menyala ditentukan oleh kereta yang lewat.
"Yang mengubah tiang sinyal ini jadi warna merah, kuning, atau hijau ya keretanya sendiri. Sinyalnya mendeteksi setiap ada kereta yang masuk. Begitu ada kereta yang masuk, otomatis sinyal yang di belakangnya jadi merah," kata Fadilla di Stasiun Juanda, Kamis (24/9/2015).
Fadilla kemudian memberi contoh sebuah rangkaian KRL yang masuk di Stasiun Cikini. Ia menyebutkan, saat rangkaian KRL tersebut berhenti, maka semua tiang yang ada di sepanjang jalur pelintasan dari Stasiun Cikini hingga Stasiun Manggarai akan memunculkan sinyal warna merah.
Sinyal tersebut sebagai penanda agar rangkaian-rangkaian KRL yang berada di sepanjang jalur pelintasan tersebut berhenti, sampai rangkaian KRL yang sedang berhenti di Stasiun Cikini berjalan kembali.
"Kalau ada kereta sampai Cikini, sinyal yang di belakangnya otomatis akan merah. Kalau keretanya maju, yang di belakangnya jadi kuning. Nanti maju lagi, yang kuning tadi jadi hijau," papar Fadilla.
Meski tiang-tiang pada blok sinyal dapat berfungsi secara otomatis, Fadilla menyebut berhenti atau tidaknya rangkaian KRL masih ditentukan oleh masinis. "Berhentinya di masinis," ujarnya singkat.
Menurut Fadilla, sistem persinyalan berjalan dengan baik saat terjadinya benturan antar dua rangkaian KRL di Stasiun Juanda pada Rabu kemarin. Namun, ia enggan menyatakan bahwa kecelakaan kemarin diakibatkan oleh kelalaian masinis.
Fadilla mengatakan, penyelidikan terhadap peristiwa yang mencederai 43 orang itu berada dalam wewenang Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Kita tunggulah hasilnya ya. Kalau berandai-andai salah semua nanti," pungkas Fadilla.