Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Juta Rupiah Melayang di Media Sosial

Kompas.com - 29/09/2015, 15:08 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Banyak korban berjatuhan karena aksi penipuan lewat jaringan internet oleh para pelaku dari luar negeri. "Saya harap saya jadi korban terakhir," ujar SM, salah satu korban, awal September lalu.

Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai kepala sekolah di Semarang, Jawa Tengah, itu mengalami kerugian hingga Rp 800 juta karena teperdaya kelompok penipu asal sejumlah negara Afrika.

Karena kebanyakan anggota jaringan ini adalah orang asal Nigeria, di dunia kejahatan internasional mereka sering disebut "Nigerian scammer" atau "419 scam". Nomor itu merujuk pada pasal hukum pidana di Nigeria yang terkait dengan penipuan.

SM memberanikan diri melaporkan kasusnya ke Polda Metro Jaya sehingga akhirnya kasus itu terungkap. Dalam kasus ini, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menangkap tiga tersangka, yakni Jakson Chukwukere Oris alias Gabriel (41), warga Nigeria; Jhon K Obioma (36), warga Nigeria; dan Ceesay Ebrima (45), warga Gambia.

Ada berbagai modus yang dipakai para penipu asal Afrika ini. Ada yang menjerat dengan janji harta, ada juga yang menjerat korban dengan janji cinta atau menikah. Pelaku memanfaatkan aplikasi percakapan, e-mail, situs kencan, atau media sosial seperti Facebook.

Para penipu ini ahli memperdaya calon korban sehingga mereka memberi kepercayaan tanpa syarat. Saat penjahat ini tahu korbannya sudah terperangkap, mereka mulai menjalankan aksinya menguras uang korban.

Seperti yang dialami SM, awalnya korban berkenalan dengan seseorang di Facebook. "Saya berteman di Facebook dengan akun bernama Jenderal Hwande Paul," kisah SM.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti mengatakan, pelaku mengirim pesan secara acak kepada calon korban melalui kotak pesan pribadi. Untuk meyakinkan calon korbannya, pelaku menggunakan nama dan foto seseorang berkulit putih agar korban tertarik.

Pelaku lantas mengaduk-aduk emosi korban dengan menyebutkan bahwa ia seorang jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sebatang kara. "Dia bilang tak punya keluarga, istrinya meninggal, punya dua anak masih kecil. Dia bilang dapat uang kompensasi dari pemberantasan narkoba," kata SM.

Pelaku menyebutkan uang dalam bentuk dollar AS itu hendak ia berikan kepada korban. Korban yang sudah terperangkap diminta menyiapkan dana untuk membeli cairan guna mencuci uang-uang dollar itu agar stempel PBB di uang tersebut hilang sehingga bisa digunakan. Korban yang terjerat akhirnya mentransfer uang.

Krishna mengungkap berbagai modus yang digunakan para penipu. Modus itu antara lain menjanjikan uang dollar AS dan apa yang disebut "Nigerian sweetheart scam". "Nigerian sweetheart menjerat korban dengan cinta. Korban dibujuk rayu dengan janji akan dinikahi," katanya.

Banyak korban

Setelah korban terperangkap cinta palsu itu, pelaku menguras harta korban dengan meminta transfer sejumlah uang.

Dalam catatan Kompas, Polda Metro beberapa kali mengungkap kasus Nigerian scammer ini.

Pada Januari 2014, seorang suster asal Filipina yang bertugas di Maumere, Nusa Tenggara Timur, tertipu Rp 820 juta oleh jaringan ini. Lima tersangka asal Nigeria berinisial EHS (30), OCV (35), ECK (21), EJH (23), dan OMN (28) dibekuk. Modus mereka mengirim e-mail kepada korban, mengaku sebagai jenderal AS yang bertugas di Irak.

Jenderal gadungan itu mengaku punya harta rampasan dari Saddam Hussein dan meminta uang ke korban agar harta itu bisa masuk Indonesia.

Kemudian, Juni 2014, seorang Nigerian sweetheart scammer memperdaya CL, seorang perempuan Indonesia, lewat akun Facebook. Dalam kasus ini, polisi menangkap LM alias D (40), warga Nigeria.

Di Facebook, LM mengaku kepada CL bernama Danny Wright dan berkewarganegaraan Inggris. Kepada korban, pelaku mengaku duda beranak satu dan bekerja di perusahaan minyak.

Foto yang dipajang pelaku di Facebook bukanlah foto asli LM. Pelaku menjerat korban dengan janji menikahi dan akan memberikan uang 1,2 juta dollar AS.

Pelaku mengatakan, uang tunai itu akan dibawa temannya, seorang diplomat. Kemudian, pelaku meminta CL mengirim sejumlah uang untuk membayar biaya pajak dan administrasi bea cukai atas pengiriman kotak berisi uang tersebut.

Waspada

Sangat mudah sebenarnya mengenali penipuan Nigerian scammer ini. Anda perlu waspada jika tiba-tiba menerima e-mail atau pesan Facebook dari orang tak dikenal yang meminta bantuan mentransfer uang atau harta benda dalam jumlah besar dari sejumlah negara, seperti Nigeria, Sierra Leone, atau Irak. Pesan itu biasanya disertai cerita panjang dan sedih mengapa uang dan harta itu tak bisa ditransfer dengan cara legal.

Ciri berikutnya adalah Anda ditawari keuntungan finansial untuk membantu mereka mengakses uang atau harta yang "terperangkap" itu. Uang atau harta yang dijanjikan biasanya berjumlah sangat besar dan Anda diminta mentransfer uang ke sejumlah rekening guna mengakses harta itu. Pesan ditulis dengan bahasa sangat sopan, tetapi tata bahasanya kacau.

Agar tak terjerat, jangan pernah mengirimkan uang kepada orang yang tak dikenal atau tidak dipercaya. Hindari semua kesepakatan dengan orang asing yang meminta bantuan pembayaran dengan imbalan. Segera cari bantuan profesional atau polisi jika menjadi korban penipuan lewat internet. (RTS/RAY)

-----------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Selasa, 29 September 2015, dengan judul "Ratusan Juta Rupiah Melayang di Media Sosial".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Tarif Tol Jakarta-Pekalongan untuk Mudik 2024

Tarif Tol Jakarta-Pekalongan untuk Mudik 2024

Megapolitan
Jadwal Imsak di Tangerang 29 Maret 2024

Jadwal Imsak di Tangerang 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Imsak di Wilayah Bekasi, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak di Wilayah Bekasi, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Imsakiyah di Jakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsakiyah di Jakarta, 29 Maret 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com