Saat memasuki rumah berpagar tinggi tersebut, hanya didapati dua perempuan paruh baya di ruangan seperti dapur. Ia pun langsung mengerutkan alisnya dan bertanya-tanya mengenai maksud kedatangan Kompas.com ke rumah yang memiliki tiga pintu tersebut.
"Iya benar di sini tempat pemotongan anjing, tetapi lagi enggak ada aktivitas pemotongan, sedang sepi," kata pemilik rumah potong anjing, Silitonga (48), kepada Kompas.com di Cililitan, Jakarta Timur, Kamis (1/10/2015).
Silitonga langsung duduk di balik meja seperti kasir. Ia mulai membuka buku-buku berupa catatan penjualan dan pembelian. "Di sini kami bukan penampungan. Kalau ada, kami potong," kata Silitonga. (Baca: Ahok: Saya Sayang Anjing tetapi Tak Ada UU Melarang Makan Daging Anjing)
Rumah potong yang sudah berdiri belasan tahun tersebut memiliki nama cukup mentereng di kalangan penjual masakan daging anjing. Bahkan, bagi penjual anjing pun rumah potong Silitonga sudah punya pemasok rutin. "Biasanya ada yang nganter dari Sukabumi," tutur Silitonga.
Pemasok anjing dari Sukabumi ke tempat Silitonga hanya satu orang. Bahkan, ia mengaku telah mengenal lama pemasok tersebut. "Ke sini paling banyak 10 ekor satu minggu atau dua minggu sekali," kata Silitonga.
Di Sukabumi, anjing-anjing tersebut tidak diternak, tetapi ditampung oleh pemasok dari warga yang mengantar ke tempat mereka.
"Mereka kayaknya kalau aku pernah dengar ada yang nganter ke rumah. Kan mereka bukan peternakan," ujarnya. (Baca: Ahok Pastikan Tak Beri Izin Pendirian Peternakan Anjing)
Silitonga menjamin bahwa anjing-anjing dari pemasoknya di Sukabumi sehat. Sebab, ia sudah menyortir dengan tekniknya sendiri.
"Kalau enggak berkenan, ya saya suruh bawa pulang. Mereka sering, 'Tante ada delapan atau lima ekor ini.' Saya bilang, 'Ya sudah antar saja ke sini,'" kata Silitonga.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan