Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anjing di Rumah Potong Cililitan Banyak yang Berasal dari Sukabumi

Kompas.com - 01/10/2015, 19:23 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak ada suara gonggongan anjing di balik rumah berwarna oranye di Gang Bersama, Jalan Mayjen Sutoyo, Cililitan, Jakarta Timur. Namun, hampir semua warga tahu bahwa rumah berlantai dua tersebut merupakan tempat pemotongan anjing.

Saat memasuki rumah berpagar tinggi tersebut, hanya didapati dua perempuan paruh baya di ruangan seperti dapur. Ia pun langsung mengerutkan alisnya dan bertanya-tanya mengenai maksud kedatangan Kompas.com ke rumah yang memiliki tiga pintu tersebut.

"Iya benar di sini tempat pemotongan anjing, tetapi lagi enggak ada aktivitas pemotongan, sedang sepi," kata pemilik rumah potong anjing, Silitonga (48), kepada Kompas.com di Cililitan, Jakarta Timur, Kamis (1/10/2015).

Silitonga langsung duduk di balik meja seperti kasir. Ia mulai membuka buku-buku berupa catatan penjualan dan pembelian. "Di sini kami bukan penampungan. Kalau ada, kami potong," kata Silitonga. (Baca: Ahok: Saya Sayang Anjing tetapi Tak Ada UU Melarang Makan Daging Anjing)

Rumah potong yang sudah berdiri belasan tahun tersebut memiliki nama cukup mentereng di kalangan penjual masakan daging anjing. Bahkan, bagi penjual anjing pun rumah potong Silitonga sudah punya pemasok rutin. "Biasanya ada yang nganter dari Sukabumi," tutur Silitonga.

Pemasok anjing dari Sukabumi ke tempat Silitonga hanya satu orang. Bahkan, ia mengaku telah mengenal lama pemasok tersebut. "Ke sini paling banyak 10 ekor satu minggu atau dua minggu sekali," kata Silitonga.

Di Sukabumi, anjing-anjing tersebut tidak diternak, tetapi ditampung oleh pemasok dari warga yang mengantar ke tempat mereka.

"Mereka kayaknya kalau aku pernah dengar ada yang nganter ke rumah. Kan mereka bukan peternakan," ujarnya. (Baca: Ahok Pastikan Tak Beri Izin Pendirian Peternakan Anjing)

Silitonga menjamin bahwa anjing-anjing dari pemasoknya di Sukabumi sehat. Sebab, ia sudah menyortir dengan tekniknya sendiri.

"Kalau enggak berkenan, ya saya suruh bawa pulang. Mereka sering, 'Tante ada delapan atau lima ekor ini.' Saya bilang, 'Ya sudah antar saja ke sini,'" kata Silitonga.

Selain dari Sukabumi, anjing di rumah potong Silitonga juga berasal dari warga sekitar. Biasanya, mereka menjual karena alasan pribadi.

"Biasanya yang jual ke sini orang yang punya anjing di rumah. Saya tanya, 'Kenapa dijual anjingnya? Gigitin sendal saya. Anjingnya ngeganggu tetangga.' Rata-rata alasan gitu," kata Silitonga. (Baca: Ahok: Tak Perlu Pergub untuk Awasi Peredaran Anjing Rabies)

Sebelumnya, Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta berencana membuat aturan berupa peraturan gubernur (pergub) mengenai peredaran anjing konsumsi di kawasan Ibu Kota.

Sebab, mayoritas anjing konsumsi yang dipasok ke Jakarta berasal dari daerah Sukabumi. Hal ini memunculkan kekhawatiran terhadap sejumlah penyakit dari anjing karena Sukabumi merupakan daerah endemik rabies.

"Sukabumi itu asalnya. Padahal, (Sukabumi) endemik rabies. Oleh karena itu, daging anjing harus diperiksa," kata Kepala Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) Pemprov DKI Jakarta Darjamuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Megapolitan
Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Cerita Warga 'Numpang' KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Cerita Warga "Numpang" KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Megapolitan
Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Megapolitan
Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Megapolitan
Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Megapolitan
Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Megapolitan
Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Megapolitan
Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com