Perasaan kangen rumah dulu pun menyelimuti Berri (70), penghuni di Tower B. "Saya enggak betah di sini, karena apa-apa bayar. Jadi, dulu waktu penggusuran rumah saya ga dibayar, padahal dijanjiin dibayar," sebutnya.
Penghuni lain, Oneng (72) mengaku terpaksa tinggal di rumah barunya.
"Saya merasa terpaksa pindah ke sini. Waktu ditunggu di RT, terus kantor lurah, urus KTP dan administratif, langsung digusur. Rumah yang dulu gede, digantinya sama yang kecil. Saya enggak nyaman dan sedih rumah digusur," katanya.
Berri ingin ada kompensasi dari pihak pemerintah.
"Saya ingin dipindahin ke sini tapi kasih uang pesangon, dua tiga juta kek, biar warga sreg," jelasnya.
Oneng mengaku telah tinggal di Kampung Pulo sebelum Indonesia merdeka.
"Karena sudah lama, saya susah meninggalkan yang dulu. Walau pun banjir tapi tetap lebih enak yang dulu karena bisa saling sosialisasi dekat dengan warga," jelasnya.
Berri juga menyatakan tak betah karena sulit bersosialisasi.
"Enggak kayak dulu, semua serba dekat. Sekarang harus nunggu dulu. Kalau mau ngobrol harus turun dulu nungguin ada kenalan yang turun dari lift," sebutnya.
"Apalagi di sini sudah enggak muat lagi. Temen saya bilang rumah lu kaya kandang burung. Padahal dulu gede," kata Berri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.