Mungkin tidak ada lagi kata "jorok" dalam kamusnya. Ia tak terusik meskipun ribuan lalat mengerubuti tubuhnya bertelanjang dada.
"Kalau orang gedean udah terhina kalau mungut nyari begini, bau lagi. Kalau kita mau bilang apa, orang hidup juga dari beginian," ujar Man, sambil memilah di depan gubuknya.
Dua dari empat anak Man, ikut berkecimpung dengannya di bidang yang sama. Sementara satu lagi masih bersekolah.
Man hanya satu, dari ratusan pemulung yang hidup dan membangun gubuk di dalam Bantargebang.
Seperti para pemulung lainnya di Bantargebang, ia membangun sendiri gubuk semipermanen dari bahan sisa sampah.
Tempat tinggal Man jauh dari layak jika menilik dari sisi kesehatan.
Gubuk itu berdampingan dengan sampah dan selokan yang dialiri air limbah dari bukit sampah.
Jangankan asuransi kesehatan, jaminan kesehatan misalnya dari pemerintah pun Man mengaku tak punya.