Keluhan pemulung
Selain para pengemudi truk, para pemulung di TPST Bantargebang pun mengeluhkan perubahan waktu operasi. Salah satunya Ratim (35), yang penghasilannya turun lebih dari 50 persen.
Biasanya, Ratim meraup Rp 90.000 per hari dari hasil memulung dua kuintal sampah plastik. Tiga hari terakhir, Ratim hanya memperoleh Rp 45.000 per hari untuk satu kuintal sampah plastik.
“Bagaimana mau dapat banyak, truk sampahnya enggak ada yang datang siang,” ungkap Ratim yang bekerja pada pukul pukul 06.00-17.00.
Ratim khawatir penghasilannya tak kunjung membaik. Alasannya, dari penghasilan Rp 90.000 per hari, dia bisa menyisihkan Rp 400.000 per bulan untuk dikirimkan kepada istri dan anaknya di kampungnya di Indramayu, Jawa Barat.
”Kalau penghasilannya turun terus, gimana mau kirim uang untuk anak-istri, buat makan saja susah,” ucap Ratim mengontrak kamar kos dekat Bantargebang.
Da’i dan Ratim memiliki harapan serupa, yakni kisruh sampah segera berakhir sehingga penghasilan dan pola hidup mereka kembali normal.
----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Jumat, 6 November 2015, dengan judul "Rakyat Kecil yang Terdampak Lebih Dulu".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.