Jawaban yang sama juga diucapkan oleh pemilik warung gado-gado di pinggir Jalan KS Tubun, Maryanah. Begitu mendengar KS Tubun, Maryanah justru menjawab bahwa itu merupakan nama jalan, bukan nama pahlawan.
"Ini jalan sepanjang ini namanya KS Tubun. Enggak tahu deh kalau dia pahlawan. Bener kali, pahlawan, kan nama-nama pahlawan dijadiin nama jalan di Jakarta," kata Maryanah.
Namun, jawaban berbeda diungkapkan oleh Bayu, pengurus RT 02/03. Bayu mengetahui nama tempat tinggalnya menggunakan nama seorang pahlawan revolusi.
"KS Tubun itu pahlawan revolusi dan pahlawan nasional. Beliau seorang polisi yang tertembak saat kejadian G30S/PKI, tetapi bukan termasuk bagian dari tujuh jenderal. Jenazahnya juga tidak dibuang ke Lubang Buaya," kata Bayu.
Ya, Aipda KS Tubun, atau yang memiliki nama lengkap Karel Satsuit Tubun, merupakan seorang perwira polisi yang menjadi korban tragedi G30S/PKI. Padahal, Karel sama sekali bukan merupakan jenderal sasaran G30S/PKI.
Singkat cerita, Karel merupakan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr J Leimena. Rumah Leimena tepat di samping rumah Jenderal Abdul Haris Nasution.
Pada 1 Oktober tahun 1965, sekelompok orang pada gerakan 30 September itu mengepung rumah Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab).
Rumah Leimena tak luput dikepung oleh kelompok tersebut. Karel yang sedang bertugas pagi tengah tertidur.
Ia dibangunkan secara paksa oleh pria-pria berbadan tegap. Melihat orang yang membangunkannya bukan orang yang dikenal, Karel spontan mengambil senjata dan menembak ke arah kelompok itu.
Namun, bombardir timah panas menembus Karel yang saat itu masih berpangkat brigadir polisi. Bunyi tembakan ke arah Karel juga menjadi penanda sehingga ada upaya penyelamatan Nasution.
Atas jasa tersebut, pemerintah memberi gelar pahlawan revolusi berdasarkan SK Presiden RI Nomor 111/KOTI/1965. Pangkatnya juga ditingkatkan secara anumerta dari brigadir polisi menjadi ajun inspektur polisi kelas dua.
"Menurut saya, sudah pas banget nama Aipda KS Tubun diabadikan di sini karena jalan di sini itu strategis banget dan menjadi perbatasan antara wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat," kata Bayu.
Selain di Jakarta, nama Aipda KS Tubun juga diabadikan di Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Tangerang, Slawi, hingga Atambua.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.