JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan bunker di Stasiun Tanjung Priok bukan rahasia lagi. Terletak di bawah stasiun, bunker tersebut berumur sama tuanya dengan stasiun.
Pintu masuk bunker berada di dalam stasiun. Tepatnya di belakang bar dan di samping ruang dapur.
Dengan letak cukup strategis dan tertutup tersebut, bunker disebut-sebut memiliki kegunaan khusus. Wakil Kepala Stasiun Tanjung Priok Armidi tidak membantah keberdaaan bunker tersebut penting.
"Konon katanya itu untuk menimbun hasil bumi," kata Armidi kepada Kompas.com di Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).
Tinggi bunker yakni sekitar dua meter dengan lebar empat meter. Dengan ukuran tersebut, bunker dinilai cukup luas.
Armidi juga menyebut di dalam bunker seperti jalan raya. "Nah itu juga tembus ke Pelabuhan Tanjung Priok," tambah Armidi.
Dari cerita yang didapat, jalan tembus ke Pelabuhan Tanjung Priok itu untuk mengangkut hasil bumi. Saat itu, para penjajah dari Belanda memanfaatkan untuk menyelundupkan hasil bumi tanpa harus diganggu oleh pribumi.
"Kalau bawah tanah kan tidak kelihatan dari atas tidak diganggu sama pribumi, Jadi orang Belanda lewat bawah tanah itu," kata Armidi.
Selain jalan tembus ke pelabuhan, dalam bunker juga terdapat semacam kamar yang disekat. Kamar tersebut muat tiga sampai empat kamar tidur.
"Persis seperti penginapan di atas," kata Armidi.
Eksplorasi dihentikan
Pemerintah pernah melakukan eksplorasi terhadap bunker tersebut pada tahun 2009. Namun, eksplorasi dihentikan karena mengalami kendala di dalam bunker.
Dari eksplorasi juga tak ditemukan barang-barang berharga di dalam bunker. Kondisi bunker digenangi air dan jalannya tertutup oleh tanah yang dinilai cukup membahayakan.
Genangan air di dalam bunker yakni selutut orang dewasa. Kini, bunker tersebut ditutup. Sebab, PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah merenovasi Stasiun Tanjung Priok untuk dipergunakan kembali.
"Ini kan ada pekerjaan. Namanya orangproyek kan takutya mau kencing dan buang air besar, mending ditutup pake triplek," tutup Armidi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.