Padahal, jika setiap orang mau jujur dan mengubah perilaku seksnya, angka penularan HIV/AIDS dapat ditekan secara signifikan.
Baby mencontohkan, seorang yang berjerawat ingin jerawatnya hilang, tetapi dia tidak mau mengakui jerawatnya hilang. Menurut dia hal itu tidak ada hasilnya.
Sama dengan mereka yang punya perilaku seks bebas tetapi tidak menyadari dirinya adalah orang yang berisiko tinggi menularkan HIV/AIDS, bahkan ke pasangannya sendiri.
"Paling sederhana mengubah perilaku. Mengubah risiko tinggi perilaku seks tidak aman. Perilaku seks kita memang brengsek. Bagaimana kalau tidak mau mengakui kenyataan? Kalau Anda melakukan hal sama berulang-ulang dan mengharapkan hal yang berbeda, Anda adalah orang gila," kata Baby kepada Kompas.com, Selasa (1/12/2015).
Berdasarkan pengalamannya dalam memberi konseling dengan banyak orang, rata-rata, laki-laki tidak ingin terkena HIV/AIDS namun juga tidak mau setia pada satu pasangan.
Ataupun suka melakukan hubungan seks dengan banyak orang, tetapi tidak mau melakukan seks aman dengan pakai kondom.
Hal itulah yang jadi kendala terbesar dalam menangani penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
Faktor lainnya, adalah budaya patriarki yang sudah mengakar di segala lini kehidupan masyarakat Indonesia.
Kesetaraan perempuan dengan laki-laki masih samar dalam realitanya di kehidupan sehari-hari.
Secara tidak langsung, budaya patriarki menjadikan perempuan sebagai sosok yang paling bertanggung jawab soal kelahiran anak.
Padahal, laki-laki yang membuahinya, juga sangat bertanggung jawab untuk tidak menularkan pasangannya, termasuk anaknya sendiri.
"Makanya, yang saya bilang, jahat sekali dampak dari budaya patriarki ini. Perempuan seakan-akan yang menanggung semuanya, sedangkan laki-laki bebas berhubungan seks dengan siapa saja. Tahu-tahu, pasangannya sudah sakit-sakitan, belakangan baru ketahuan kena HIV/AIDS. Perspektif seperti ini yang belum dimiliki orang Indonesia," tutur Baby.
Atas dasar hal itu, Baby berpesan, agar laki-laki khususnya, bisa lebih terbuka dan jujur kepada pasangannya masing-masing.
Selain itu, tiap pasangan juga bisa memastikan lebih lanjut apakah dirinya tertular HIV/AIDS dengan tes ke dokter.
Kejujuran dan keterbukaan untuk mengakui apakah Anda tertular atau tidak, bukan hal yang buruk.
Justru, dengan bersikap begitu, masyarakat bisa menyelamatkan generasi selanjutnya dari penyebaran HIV/AIDS dan bagi yang tertular bisa cepat ditangani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.