Lokasi ditemukannya bangkai ikan itu tidak jauh dari tempat yang akan dijadikan daratan guna difungsikan sebagai pantai baru. Pembentukan daratan baru ini biasa disebut dengan reklamasi.
Apakah kematian ikan terkait reklamasi?
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Mukhlis Kamal, berpendapat kemungkinan itu kecil. Ikan sembilang, jenis ikan yang mati di Pantai Ancol, tergolong kuat.
"Ikan sembilang merupakan salah satu ikan yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Kalau air hanya keruh akibat reklamasi saya yakin sembilang akan kuat bertahan hidup," ujar Mukhlis Kamal kepada Kompas.com, Selasa (1/12/2015).
Menurut pakar iktiologi (ilmu tentang ikan) tersebut, yang bisa membunuh ikan jenis sembilang itu hanya kurangnya oksigen atau racun.
"Jadi kalau kemarin, ikan sembilang ikut mati, saya menyimpulkan hal itu disebabkan karena kurangnya oksigen atau keracunan," ujar pria yang telah mengajar sejak 1994 itu.
Lebih lanjut, Mukhlis berpendapat bahwa efek reklamasi adalah berkurangnya habitat ikan, yang menyebabkan terjadinya kekeruhan dan perubahan pola arus air.
"Maka, jika ada perubahan kehidupan biota laut prosesnya tidak mungkin mendadak, seperti kematian ikan massal kemarin," ujar Mukhlis.
Racun dan oksigen
Pendapat Mukhlis bahwa matinya ikan-ikan itu karena kekurangan oksigen dan keracunan, tidak jauh berbeda dengan penelitian cepat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
LIPI menyimpulkan bahwa meledaknya populasi fitoplankton jenis Coscinodiscus Spp menyebabkan kadar oksigen di laut Jakarta berkurang.
Menurut LIPI, kadar oksigen normal harusnya mencapai 4-5 mg per liter. Sedangkan jumlah yang tersedia saat ini, hanya mencapai 0,765 ml/L atau 1,094 mg/L.
Selain itu, dari hasil pengamatan LIPI, Pantai Ancol memiliki masalah yakni hanya ada satu pintu di arah laut. Kondisi perairan ini mengakibatkan pertumbuhan alga meningkat drastis, yang menyebabkan oksigen menurun cepat.
Pihak Ancol juga mengalami kesulitan mengendalikan laju limbah dari 13 sungai yang bermuara ke Pantai Ancol. Hal itu dikatakan Manager Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol, Rika Lestari.
"Sulit untuk mengendalikan masuknya limbah yang berasal dari 13 aliran sungai," ungkap Rika.
Solusi
Guna mengatasi limbah-limbah tersebut, menurut Mukhlis, seharusnya proses pembuangan limbah harus mencapai baku mutu.
"Seharusnya ada pengendalian dari sumbernya, artinya masalah membuang limbah selama ini sudah memenuhi baku mutu atau belum saat di buang oleh pabrik," jelas Mukhlis.
Menurut Mukhlis, berdasar pengetahuannya, di Bekasi ada beberapa pabrik yang sengaja menggelontorkan limbahnya ke sungai saat hujan.
"Takutnya modusnya sama seperti di Bekasi, biar enggak ketara, limbah dibuang bersamaan dengan hujan turun," ucap Mukhlis.
Untuk itu, Mukhlis berharap ada pihak yang bisa melakukan kontrol dan tindakan hukum guna mengawasi pembuangan limbah secara liar.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga diperlukan agar semua pihak bisa disiplin menjaga kondisi laut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.