Menurut Tri, Basuki cenderung menganggap penanggulangan banjir sebagai persoalan mudah. Padahal, kata Tri, banyak permasalahan di lapangan yang dihadapi Dinas Tata Air sehingga instansi yang pernah dipimpinnya itu kurang maksimal dalam menanggulangi banjir.
"Banyak hal yang menjadi kendala. Pak Ahok mungkin melihatnya simpel, tetapi kenyataan di lapangan enggak. Kalau sudah beda cara pandang memang diskusinya lain," ujar dia.
"Seolah-olah kita tidak menjalankan perintah, padahal banyak kendala lapangan," kata dia lagi.
Perbedaan pendapat ini dia akui sering membuat dia kesulitan jika berdiskusi dengan Basuki.
Padahal, kata dia, seharusnya ada pengertian dan penyelesaian masalah yang konkret setelah berdiskusi dengan Gubernur.
"Nanti kan kita tanya ini, dia jawab ini, padahal ini kan kita learning proses," ujar dia.
Alasan lain yang menjadi kesulitan Tri dalam menata air adalah perombakan yang sering dilakukan Basuki.
Beberapa anak buahnya yang sudah dia ajak berkoordinasi bersama diganti sehingga dia harus memulai kembali dari awal.
"Harus dilihatlah saya waktu itu (dilantik) 3 Juli saat bulan puasa. Selama 1 bulan konsolidasi, langsung ada beberapa orang eselon III diganti," ujar dia.
Tidak banyak saran yang dilontarkan Tri Djoko kepada juniornya, Teguh Hendarwan, yang kini merupakan Kadis Tata Air yang baru.
Dia hanya berharap Teguh bisa menyelesaikan pekerjaan "mudah" seperti yang dibilang Basuki. "Semoga dia lebih baik," ujar Tri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.