Dia tidak pernah lupa payahnya hijrah ke Jakarta 15 tahun lalu. Dia menjual keset yang dia buat kala itu.
Sebagai pembuat keset, Irma yang tinggal di Kebumen rela bolak-balik Jakarta setiap dua minggu sekali untuk menjual barang tersebut.
Namun, seringkali keset itu tidak laku. "Segala macam proses saya lewati sampai saya terpaksa tidur di emperan Pasar Tanah Abang dengan buntelan dua karung keset. Saat itu lagi musim hujan dan banjir," ujar Irma.
Irma menceritakan kisahnya itu pada malam penghargaan Perempuan Inspiratif Nova 2015 di Jalan Raden Saleh, Jakarta, Sabtu (5/12/2015) malam.
Irma mengaku tidur dengan beralaskan koran. Pada pagi hari, ketika dia bangun, kertas koran yang menjadi alas tidurnya menempel di pipi.
Irma tidak menyangka bahwa koran itu justru menjadi gerbang peluangnya menuju sukses.
"Di koran itu ada pengumuman lomba wirausaha dan saya ikuti. Pesertanya 10.000 orang dari seluruh Indonesia dan saya juara pertama," ujar Irma.
Irma mengatakan, setelah itu hidupnya mulai berubah. Sebab, tidak ada lagi yang meragukan kemampuan penyandang disabilitas dalam membuat sesuatu.
Kini, usaha keset Irma berkembang pesat hingga ekspor ke beberapa negara seperti Australia, Jerman, Jepang, dan Turki.
Usaha keset Irma juga berbeda. Dia memberdayakan sekitar 3.000 penyandang disabilitas untuk bekerja membuat keset.
Selain itu, Irma juga membuat tiga buah toko kelontong bernama difabelmart. Seluruh pekerja di toko tersebut adalah penyandang disabilitas.
"Saya ingin buktikan kepada masyarakat di sekitar saya bahwa penyandang cacat tidak selalu jadi beban negara tapi kami bisa jadi aset," ujar Irma.
Pada malam itu, Irma menerima penghargaan kategori Perempuan dan Wirausaha.
Satu pohon pisang yang ubah segalanya
Selain Irma, ada satu perempuan lagi yang menerima penghargaan yaitu Ratna Prawira.
Dulu, Ratna adalah wanita yang tidak suka lama-lama di dapur. Namun, ekonomi sulit membuat dia harus beraktivitas di dapur.
Berawal dari satu buah pohon pisang yang dia lihat di halaman belakang rumahnya. Dia mulai bereksperimen untuk mengolah seluruh bagian pohon tersebut.
"Dan Allah seperti memberikan ilmu masuk ke otak saya sehingga saya bisa mengolah semua bagian pohon itu. Dari daunnya, bonggolnya, menjadi makanan dan minuman," ujar Ratna.
Ratna mengatakan, dia telah membuktikan bahwa menjadi pengusaha tidak selalu perlu modal besar. Sebab, modalnya sendiri saat itu hanya Rp 25.000 dan sebuah pohon pisang.
Ratna mendapatkan banyak penghargaan lewat penemuan itu. Produknya laku dan menjadi terkenal.
Dengan kisahnya, Ratna ingin mengajak perempuan Indonesia untuk tidak lupa bangkit jika sedang berada di posisi terendah.
"Saya terpuruk, saya bangkit, berdiri dan saya bisa. Kalau saya bisa, seluruh perempuan pasti bisa," tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.