Ia menyampaikan hal tersebut menanggapi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menilai, pembangunan jalan layang dan terowongan bukanlah solusi penanggulangan kecelakaan transportasi di pelintasan sebidang.
Menurut Ahok, solusi terbaik adalah membangun jalur kereta layang.
"Kepadatan kendaraan di tiap daerah yang dilalui rel kereta beda-beda. Di satu sisi ada daerah yang kepadatan kendaraannnya tinggi, tapi di daerah yang lain masih sepi," kata Edi kepada Kompas.com, Senin (7/12/2015).
Meski demikian, Edi menolak disebut mengganggap usulan Ahok itu tidak efektif. Ia mengatakan pembangunan infrastruktur apapun yang tujuannya menghilangkan pelintasan sebidang, adalah baik.
"Kedua-duanya baik. Mau keretanya di atas atau di bawah, atau bangun flyover dan underpass, yang penting jangan ada pelintasan satu bidang," ujar dia.
Pelintasan sebidang di Jakarta sudah sering menjadi lokasi kecelakaan antara kereta dan kendaraan non-kereta.
Data Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta mencatat saat ini ada 55 pelintasan sebidang yang ada di seluruh Jakarta.
Usai kejadiaan tabrakan antara KRL dan transjakarta di Jalan Panjang, PT KAI langsung mengusulkan Pemprov DKI agar menutup pelintasan tersebut.
Caranya adalah dengan mempercepat pembangunan jalan layang dan terowongan, dan menutup pelintasan sebidang yang sudah dilengkapi jalan layang dan terowongan.
Namun, selang seminggu, kecelakaan di pelintasan sebidang kembali terjadi. Sebuah metromini tertabrak KRL di pelintasan sebidang Tubagus Angke, Minggu (6/12/2015). Kecelakaan itu menewaskan 18 penumpang metromini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.