JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pengemudi metromini di Jakarta Utara berniat untuk bergabung ke Transjakarta sebagai sopir.
Namun, mereka memberikan syarat, salah satunya penghasilan di atas upah minimum provinsi (UMP) DKI.
Hal ini disampaikan dalam menanggapi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menyebut bahwa DKI mampu menggaji sopir bahkan hingga 3,5 kali UMP.
Salah satu sopir Metromini 23 jurusan Tanjung Priok-Cilincing, Wasdi (52), mengatakan, ia mau bergabung dengan Transjakarta jika pemerintah menawarkan penghasilan sesuai syarat tersebut.
Bahkan, jika gajinya di atas UMP DKI tahun depan yang sebesar Rp 3,1 juta, maka hal itu menurut dia sudah cukup, asalkan ditambah uang makan dan uang rokok.
"Yang penting lebih dari UMP (tahun depan) Rp 3,1 juta sudah cukup, asal tambah uang makan. Soalnya, penghasilan kami sekarang begini saja sudah Rp 3,5 juta bersih per bulan. Makanya kalau di bawah itu, saya enggak mau, kurang," kata Wasdi, saat ditemui di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (17/12/2015).
Wasdi mengatakan, dirinya sehari-hari dapat memperoleh Rp 900.000 sebagai pengendara metromini.
Namun, jumlah itu termasuk setoran Rp 500.000. Wasdi juga mesti menyisihkan Rp 100.000 untuk istrinya, dan Rp 50.000 untuk makan dan uang rokok per hari, lalu sisanya untuk membeli solar agar besok bisa beroperasi kembali.
Oleh karenanya, ia tak mau bergabung jika pemerintah hanya memberikan gaji di bawah UMP. Sebab, ia beralasan, biaya hidup keluarga saja menurutnya sudah Rp 2,4 juta per bulan, dan sewa kontrakan Rp 600.000 per bulan. Itu belum termasuk uang untuk anak.
"Namanya program pemerintah, saya sih setuju saja, asal kalau (upah) saya di atas Rp 3,1 juta dan ada uang makan ya. Kalau digaji lebih begitu kan saya juga enggak pusing mikir setoran," ujar bapak tujuh anak ini.
Wasdi mengatakan, setoran memang kadang membuat oknum sopir metromini ugal-ugalan. Namun, kasus kecelakaan menurutnya bukan cuma terjadi karena mengejar setoran.
"Itu kurang disiplin pengemudinya. Kadang egonya tinggi. Ada juga karena ledek-ledekan di jalan. Kalau prinsip saya, kerja bukan untuk balap-balapan (mobil)," ujar warga Lagoa, Koja, tersebut.
Yanto (35), sopir Metromini 24 Tanjung Priok-Senen mengatakan hal senada. Ia setuju untuk bergabung ke Transjakarta dan mendapatkan gaji tetap, asalkan, nilainya di atas UMP tahun depan plus uang makan.
"Yang penting di atas itu, sama ada uang makan. Kami aja kalau narik full sebulan sudah Rp 3,5 juta," ujar Yanto.
Namun, Yanto mempertanyakan persoalan umur. Sebab, berdasarkan informasi yang dia tahu, Transjakarta merekrut sopir dengan umur di bawah 35 tahun.
"Kalau umur saya, yang sudah 35 tahun, masih dipakai enggak? Kan nyarinya yang di bawah 35 tahun. Takutnya, kami malah enggak bisa diterima," ujar Yanto.
Sebelumnya, Ahok mengatakan, ia telah menawarkan pemberian gaji fantastis kepada sopir metromini. Nilai gaji yang ditawarkan Basuki adalah 2 hingga 3,5 kali UMP DKI 2016. Tahun depan, UMP DKI adalah Rp 3,1 juta.
Jadi, dengan tawaran Basuki, gaji sopir metromini antara Rp 6,2 juta dan Rp 10,85 juta per bulan.
"Kalian pikir, saya iseng nawarin 3,5 kali UMP gaji kepada sopir gandeng? Gaji paling kecil dua kali nilai UMP," kata Basuki di Balai Kota, Kamis (17/12/2015).
"Artinya apa? Saya sedang baik hati kepada semua sopir yang baik. Kalau kamu sopir baik, silakan kerja sama kami, dan kamu enggak perlu cari penumpang, (dan) dapat gaji," kata Basuki lagi. (Baca: Ahok: Kalian Pikir, Saya Iseng Tawarkan Gaji 3,5 Kali UMP ke Sopir-sopir?)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.