Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan PT JIEP soal Sistem Masuk Kawasan Industri Pulogadung yang Berbayar

Kompas.com - 04/01/2016, 14:58 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem masuk berbayar yang diterapkan di Kawasan Industri Pulogadung (KIP) di Jakarta Timur ditolak warga yang bermukim di sekitar kawasan tersebut.

Buntutnya, warga melakukan unjuk rasa dengan memblokade sejumlah pintu masuk ke kawasan industri tersebut.

Terkait penolakan warga ini, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) selaku pengelola kawasan tersebut menyampaikan bahwa penerapan sistem berbayar ini merupakan program lama yang sudah direncanakan JIEP.

Program ini bertujuan mencegah penyalahgunaan kawasan KIP yang bebas diakses tersebut.

"Antara lain karena itu, karena memang kawasan menjadi sangat terbuka," kata Sekretaris Perusahaan PT JIEP Asrul Waryanto Asrul saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/1/2016).

Ia lantas mencontohkan parkir liar dan warung remang-remang yang muncul karena akses ke KIP terlalu terbuka.

Hutan kota di tengah KIP, menurut dia, kerap dimanfaatkan pengemudi truk untuk parkir. "Kita ingin yang tidak berkepentingan akan berpikir lagi untuk masuk," ujar Asrul.

Ia juga menegaskan bahwa PT JIEP merupakan pengelola resmi lahan di kawasan KIP. PT JIEP memiliki sertifikat pengelolaan lahan tersebut.

Asrul menolak jika sistem masuk berbayar ini dianggap merugikan warga.

"Jadi ini sebenarnya pekerjaan sudah lama dari JIEP, dan tahun lalu kami sudah undang stake holder, khususnya masyarakat sekitar, sudah kami sosialisasikan dan kesimpulannya sudah clear akhirnya dimulai pembangunan (gerbang/gate)," ujar Asrul.

Namun, gerbang pembayaran tersebut diuji coba pada 21 Desember 2015, muncul penolakan dari Forum Ketua RW yang mengatasnamakan warga.

Asrul lalu mempertanyakan alasan penolakan warga atas gerbang masuk berbayar tersebut. (Baca: Demo, Warga Tolak Penerapan Sistem Berbayar untuk Masuk Industri Pulogadung)

Pasalnya, menurut dia, JIEP tidak mengenakan biaya kepada warga sekitar yang ingin melintas di kawasan itu. 

Pihaknya sudah menawarkan warga setempat pemilik kendaraan roda empat untuk mendaftarkan kendaraannya ke JIEP dengan menyertakan STNK atau KTP.

Namun, menurut dia, kebijakan itu mandek di tingkat RW. "Tidak sampai ke warga karena surat dari kami dikembalikan lagi. Akhirnya kami pasang spanduk sendiri dan warga baru tahu kalau masuk gratis," ujar Asrul.

Untuk menyelesaikan masalah ini, PT JIEP berencana mengundang pengurus warga dan pihak terkait lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com