Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Ojek Juga Tolak Sistem Berbayar Masuk Kawasan Industri Pulogadung

Kompas.com - 05/01/2016, 11:07 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem masuk berbayar yang diterapkan di Kawasan Industri Pulogadung (KIP), Jakarta Timur, tak hanya ditolak warga namun juga tukang ojek pangkalan yang biasa beroperasi di kawasan tersebut.

Pengojek setempat mengaku kebijakan itu nantinya akan merugikan mereka.

Ketua ojek panggalan di pintu masuk JIEP dari Jalan Pemuda, Hamim (50), mengatakan, para pengojek setempat mengaku was-was dengan kebijakan tersebut. Hamim curiga nantinya sepeda motor yang masuk pun akan berbayar.

"Kalau sekarang kan baru mobil yang bayar, tapi saya dengar dari perusahaan di dalam, karyawannya yang bawa motor memang tiga bulan pertama gratis, tapi setelahnya bayar juga," kata Hamim kepada Kompas.com, di pintu masuk JIEP, Jakarta Timur, Selasa (5/1/2016).

Hamim tak yakin dengan niat JIEP bahwa warga sekitar dan juga sepeda motor akan dibuat gratis masuk kawasan.

Pihak JIEP sebelumnya menyatakan akan memberikan kartu gratis dan masih belum berencana mengenakan tarif bagi sepeda motor.

"Itu bahasa-bahasa halus. Ini yang bayar mobil dulu, nanti juga bayar," ujar Hamim.

Dia mengatakan, dengan dibuatnya gerbang berbayar ini saja telah merugikan para pengojek. Sebab, di pintu masuk JIEP dari Jalan Pemuda kini diterapkan jalan searah.

"Kita jadi kalau mau ambil penumpang enggak bisa balik mangkal ke sini. Baliknya ke tempat lain," ujar Hamim.

Selain itu, pendapatan para pengojek menurutnya juga menurun, karena dengan hanya jalur searah masuk yang ada, penumpang mereka kini hanya pengunjung masuk.

"Padahal dulu kita biasa dapat penumpang keluar juga," kata pria yang telah mengojek sejak 1992 di kawasan.

Sebelumnya, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) menerapkan sistem berbayar di sejumlah pintu masuk JIEP.

Buntut hal ini ratusan warga Kelurahan Jatinegara di Cakung melakukan aksi demo di sekitar KIP.

Sekretaris Perusahaan PT JIEP Asrul Waryanto menjelaskan bahwa penerapan sistem berbayar ini merupakan program lama yang sudah direncanakan oleh JIEP.

Tujuannya yakni karena kawasan JIEP selama ini terlalu bebas diakses sehingga kerap disalahgunakan.

"Antara lain karena itu, karena memang kawasan memjadi sangat terbuka," kata Asrul, terpisah.

Asrul mencontohkan, akibat akses yang terbuka itu, muncul parkir liar, warung remang. Misalnya di hutan kota di tengah JIEP, yang justru dimanfaatkan oleh pengemudi truk untuk parkir secara liar.

"Kita ingin yang tidak berkepentingan akan berpikir lagi untuk masuk," ujar Asrul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Pedagang Kecil Jaga Maruah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran Meski Sudah Jadi Sang Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Maruah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran Meski Sudah Jadi Sang Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com