Namun, oknum satpam di dalam KIP ternyata juga mengambil untung dari parkir liar tersebut.
Bahu jalan di depan atau samping sejumlah perusahaan tampak dibiarkan jadi lapak parkir plus warung makan.
Hal ini paling banyak ditemui di sepanjang jalur hijau atau Hutan Kota yang ada di tengah kawasan tersebut.
Di area parkir sepeda motor dekat sebuah pabrik di dalam KIP, misalnya, pria berbaju biru tua layaknya petugas sekuriti mangkal dekat parkir motor.
Di tangannya terdapat alat tiup peluit. Ia tampak menjaga area parkir tersebut.
Praktik parkir liar ini sendiri memang dikeluhkan pihak PT JIEP dan menjadi salah satu alasan dibangunnya gerbang berbayar (e-gate).
Pihak JIEP berharap, sistem ini dapat mengontrol yang masuk ke kawasan. Namun, alasan itu dianggap tak menyelesaikan masalah.
Hamim (50), ketua pengojek pangkalan di pintu masuk JIEP, mengatakan, yang mesti dibenahi dari maraknya parkir liar ialah oknum satpam di kawasan JIEP.
Sebab, ia menenggarai parkir liar menjadi pemasukan bagi para oknum satpam di sana.
"Apa gunanya satpam kalau parkir liar ada. Oknum satpam itu kan yang dapat dari parkir liar. Masa enggak bisa tegas (sama parkir liar)," kata Hamim kepada Kompas.com, Selasa (5/1/2016).
Sementara itu, untuk warung makan, menurut dia, itu memang ada.
Beberapa warung kaki lima dan warung besar berdiri ilegal di jalur hijau maupun di bahu dan trotoar di kawasan JIEP. Meski begitu, dia menepis keberadaan warung remang-remang di dalam KIP.
"Kalau bencong ada, setiap malam memang mangkal di depan sini," ujar Hamim sembari menunjuk hutan di depan pintu masuk JIEP.
Sebelumnya, pihak JIEP menjelaskan bahwa penerapan sistem berbayar ini merupakan program lama yang sudah direncanakan oleh JIEP.
Sebab, kawasan JIEP selama ini terlalu bebas diakses sehingga kerap disalahgunakan. Akibat akses yang terbuka itu, muncul parkir liar dan warung remang.
Misalnya, hutan kota di tengah JIEP justru dimanfaatkan oleh pengemudi truk untuk parkir secara liar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.