Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Kriminolog tentang Gerak-gerik Afif Saat Jadi "Koboi" Bom Thamrin

Kompas.com - 21/01/2016, 08:22 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Guru Besar Kriminologi Pascasarjana Universitas Indonesia Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara mencoba mendeskripsikan kepribadian Afif, salah satu teroris di kawasan Thamrin, melalui raut wajahnya dan juga gerak-geriknya.

Ronny mengatakan, hal tersebut bisa menunjukkan kepribadian Afif.

"Dari rahang dagunya itu, dia ciri-ciri yang memiliki percaya diri yang tinggi," ujar Ronny dalam bedah buku Manajemen Sekuriti Indonesia karangan mantan Kapolri, Jenderal Polisi (Purn) Awaloedin Djamin, di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Rabu (20/1/2016).

Ronny memperhatikan, cara Afif memegang senjata juga tidak profesional. Hal ini menunjukkan bahwa Afif tidak sering memegang senjata. Afif juga berjalan lebih cepat daripada yang lain.

Apa arti semua itu?

Ronny menjelaskan, dengan kondisi kacau seperti kemarin, Afif sebenarnya bisa secara acak menembaki masyarakat yang berada di sekitarnya. Namun, hal itu tidak dilakukan Afif.

Bukan menembaki warga, Afif alih-alih memilih mencari polisi. Ronny mengatakan, hal ini jelas menunjukkan bahwa polisi menjadi target aksi mereka.

Kemudian, Ronny menjelaskan arti dari cara berjalan Afif yang cepat tetapi tenang. Menurut Ronny, itu menandakan bahwa Afif suka menghadapi tantangan.

Dia berjalan cepat, menandakan dia fokus terhadap tujuan dan tidak terpengaruh pada kekacauan di sekitarnya.

Bagaimana bisa ada orang yang tenang dalam situasi itu? Ronny mengatakan, hal ini dilakukan karena idelogi yang dimiliki Afif, yaitu cinta kematian.

"Rupanya itu. Dia memang lebih fokus pada jihadnya bahwa, menurut dia, orang di luar dia kafir semua. Jadi, perkembangan jiwanya yang berfungsi membedakan mana baik dan salah, itu dimasuki oleh paham yang salah. Makanya, dia gandrung akan kematian," ujar Ronny.

Kondisi ini berbeda dengan polisi yang menjadi lawan teroris kemarin. Seprofesional apa pun, termasuk dalam memegang senjata, kata Ronny, polisi tetap diajarkan untuk mengutamakan keselamatan nyawa sendiri. Ini tidak seperti Afif cs yang tidak profesional, tetapi berani mati.

Kondisi tersebutlah yang membuat Afif begitu percaya diri melakukan aksinya.

"Dia itu cinta kematian. Makin cepat mati, makin tenang dia. Beda sama polisi yang masih mengutamakan keselamatan," ujar Ronny.

Teror di kawasan Jalan MH Thamrin itu mengenai 33 orang. Dari jumlah itu, delapan orang meninggal dunia dan 25 orang terluka.

Pelaku teridentifikasi berjumlah empat orang dan meninggal semua. Para pelaku masing-masing bernama Sunakim alias Afif, Dian Juni Kurniadi, Ahmad Muhazan bin Saron, dan Muhammad Ali. Empat jenazah masih disemayamkan di RS Polri Bhayangkara.

Pasca-teror, Densus 88 menangkap 13 orang. Belakangan, dipastikan, hanya delapan orang yang terkait dengan teror tersebut. Sisanya terkait perkara lain, yakni kepemilikan senjata api ilegal.

Kompas TV Jenazah Afif Akan Dimakamkan Di Subang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Megapolitan
Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Megapolitan
4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Megapolitan
Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Megapolitan
Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Megapolitan
Jangan Khawatir Lagi, Taksi 'Online' Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Jangan Khawatir Lagi, Taksi "Online" Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com