Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Kombes Krishna Murti, dari Reserse dan Cerita Kaus "Turn Back Crime"

Kompas.com - 25/01/2016, 07:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Jatuh cinta pada reserse

Setelah lulus, Krishna mendapat tawaran untuk menjadi polisi lalu lintas, tetapi ditolak. Ia mengaku sudah jatuh cinta dari awal dengan reserse sehingga memutuskan untuk menjadi polisi reserse.

"Begitu saya lulus, saya melihat polisi action dan saya putuskan jadi reserse, dan itu jalan hidup saya di situ," kata Krishna.

Krishna bercerita, ia pernah menjabat sebagai Kapolsek Randudongkal dengan pangkat inspektur dua (dulu letnan dua).

Saat itu, ia menangani kasus penemuan bayi di saluran tinja yang diduga dibunuh. Sebagai lulusan akademi, ia dituntut bisa menyelesaikan sesuai dengan kaidah kepolisian.

"Sementara anggota ngajak ke orang pintar dan mengandalkan informan. Zaman dulu begitu," kata Krishna.

Ia sempat menuruti dan mendengar ucapan dari "orang pintar" tersebut. Setelah didengar, omongan orang pintar tersebut sebenarnya sudah ada di pikiran banyak orang, seperti pelakunya perempuan, berambut panjang, cantik, dan belum pergi tidak terlalu jauh.

"Saat keluar, saya bilang ke anggota, 'Itu yang dinamakan orang pintar karena kamu enggak pintar. Jadi yang diomongin barang logika semua. Kenapa kamu percaya? Saya bilang, pulang lagi. Balik ke TKP'," kata Krishna.

Olah TKP dilakukan dengan menanyakan aktivitas sebelumnya di tempat tersebut. Ia bercerita, saat itu ada arisan yang dilakukan oleh ibu-ibu. Ia meminta untuk dicek siapa yang habis melahirkan.

Ternyata saat semua dicek, nihil. Namun, ada satu lagi yang belum dicek, yakni anak gadis yang duduk di bangku sekolah menegah pertama (SMP). Anggotanya sempat bilang tidak mungkin dia pelakunya. Krishna bersikeras dan akhirnya dicek.

"Pas dicek, pelakunya anak SMP habis melahirkan. Rupanya dia diperkosa pacarnya. Jadi terungkap yang buang bayi si anak itu," kata Krishna.

Pengalaman lainnya saat ia menjabat sebagai Kasat Serse Narkoba Polwiltabes Surabaya pada tahun 1997. Ia menyebut membongkar habis sindikat narkoba di Kota Pahlawan tersebut.

"Sampai Kabag SDM bilang, 'Krishna kamu dibeli bandar, harga kamu Rp 250 juta'. Saya dibilang dipromosikan jadi kapolsek supaya saya enggak hantam narkotik di Surabaya. Saya bilang, 'Bapak terima? Enggak'," cerita Krishna yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Kapolda Metro Jaya.

Ia akhirnya tetap di posisi tersebut hingga sekolah di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Darah reserse ternyata belum usai, saat ia menjabat sebagai Kapolsek Metro Penjaringan pada tahun 2001, ia juga mengungkap pembunuhan bos PT Asaba oleh mantan prajurit Intai Amfibi (Taifib), Suud Rusli. 

Ia juga pernah duduk sebagai Kasat Serse Polres Metro Jakarta Utara. Saat itu, ia menggulung organisasi masyarakat yang berperilaku preman.

Prestasi Krishna juga tak berhenti di situ. Saat di Bareskrim Polri, ia menjabat sebagai Kanit Tindak Pidana Perbankan.

"Dulu kan dibedol desa. Saya kembalikan aset 22 juta dollar milik Century," kata Krishna.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com